Mohon tunggu...
Inamul Hasan
Inamul Hasan Mohon Tunggu... Freelancer - Pegiat Literasi

Santri | Mahasiswa | Researcher | Traveler | Peresensi | Coffee Addict | Interested on History and Classical Novels

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Melihat Pesantren Anak Berkebutuhan Khusus di Yogyakarta

3 Desember 2019   04:30 Diperbarui: 3 Desember 2019   09:43 1812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Disabilitas Internasional: Untuk Siapa?

"Selamat(kan) Hari (Penyandang) Disabilitas Internasional". "Indonesia Inklusi-Difabel Unggul", itulah tema yang diusung oleh pemerintah Indonesia dalam menyambut Hari (Penyandang) Disabilitas Internasional tahun 2019 ini.

Kepala Pusat Pelayanan Difabel (PLD) UIN Sunan Kalijaga mencoba untuk mengkritisi tema ini. Menurutnya, "Indonesia Inklusi" tidak tepat, yang tepat itu adalah "Indonesia Inklusif" yang dapat merangkul semua pihak. 

Begitu juga "Disabilitas Unggul" yang seharusnya "Penyandang Disabilitas yang Unggul", bukan seolah-olah disabilitas-nya yang unggul. Dan juga bukan "Intenasional Day for Disability", melainkan "Internasional Day of Persons with Disabilities (IDPD)". 

Karena yang merayakan itu "persons", bukan "disabilitas". Tapi, terserah. Semua bisa diperdebakan. Pendapat seperti ini saya dapatkan dari status beliau di media sosialnya, atas nama "Arif Maftuhin".

Pesantren untuk Penyandang Disabilitas

Kita sudah mengetahui, status santri dan pesantren sudah diakui oleh negara sejak ditetapkannya tanggal 22 Oktober sebagai 'Hari Santri'. Belum lagi semenjak RUU tentang Pesantren disahkan oleh DPR yang juga menuai kontroversial dari beberapa ormas Islam Indonesia. 

Pada intinya, dunia pesantren sudah dapat dilirik dengan perspektif yang sangat baik.

Terlepas dari semua itu, saya hanya ingin bercerita tentang sebuah pesantren yang membina anak-anak berkebutuhan khusus, atau dengan bahasa dari pihak internalnya disebut "Sekolah Terapis dan Kepengasuhan Anak Berkebutuhan Khusus". 

Pesantren ini terletak di di Karang Tengah, Tepus, Gunung Kidul, Yogyakarta.

Beberapa bulan yang lalu, saya dan teman saya melakukan penelitian di sini, tentang metode pembelajarannya, yaitu "Habitual Learning". Jika tertarik, pemirsa dan pembaca bisa mengunjungi laman profil pesantren tersebut melalui link berikut ini: di sini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun