Anak-anak penyandang disabilitas ini, harus diperlakukan secara manusiawi. Beberapa orang tua salah dalam menyikapi/mendidik anak-anak disabilitas ini. Biasanya orang tua malu, akibat omongan tetangga.Â
Supaya tidak menjadi 'sampah' di masyarakat, anak tersebut dikurung di rumah. Padahal tidak begitu caranya. Itu hanya membuat mereka semakin kaku dan tidak bisa mengembangkan diri.
Pesantren ini menjadi salah satu solusinya. Di pesantren ini mereka setidaknya bisa mengurus diri sendiri, tidak menyusahkan orang lain, walaupun tidak pintar dalam hal akademik.
Mereka yang berada di sini juga diakibatkan oleh pornografi, putus sekolah, dan juga broken-home. Di sini kalian juga akan menemukan keanehan lainnya.Â
Ada yang makan semen, main kotoran, memecahkan bata, megang kaca, dan lain sebagainya. Itu hal yang biasa di sini, sebagaimana kata pengurus pesantren ini.
Pada akhirnya, pesantren ini sudah diakui dan mendapatkan sokongan yang kuat dalam menangani/mendidik anak-anak penyandang disabilitas. Mereka tidak hanya  berasal dari Jawa saja, ada yang berasal dari Sumatera, Kalimantan, dan juga Sulawesi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H