Kedua tokoh ini merupakan bagian dari 'Koalisi Adil-Makmur' yang memilih jalan yang sama, yaitu 'meloncat' ke tempat lawannya pasca kekalahan mereka ketika Pilpres dan Pileg beberapa bulan yang lalu.Â
Prabowo merupakan calon presiden dari 'Koalisi Adil-Makmur' yang bergabung ke dalam kabinet 'Indonesia Maju'. Sedangkan Faldo merupakan juru bicara Prabowo sekaligus caleg Partai Amanat nasional (PAN) yang pindah ke Partai Solidaritas Indonesia (PSI) untuk mendapatkan kursi Sumbar-1.
Prabowo kembali kalah dan gagal duduk sebagai RI-1 untuk yang kesekian kalinya. Untuk sekarang kelihatannya agak berbeda, ia bisa langsung berkontribusi untuk masyarakat Indonesia dengan menjabat sebagai Menteri Pertahanan.Â
Adapun Faldo gagal mendapatkan suara yang mencukupi untuk menghantarkannya duduk di Senayan sebagai DPR-RI. Ia harus meninggalkan PAN dan masih meraba-raba untuk mendapatkan kursi Sumbar-1.
Konsistensi
Dari kekalahan kedua tokoh tersebut, ada hal yang patut kita diteladani, yaitu konsistensi. Ketika mencalonkan diri sebagai presiden, Prabowo maju semata-mata untuk menyelamatkan bangsa Indonesia, "Demi bangsa Indonesia..., Ibu Pertiwi sedang diperkosa...".Â
Begitu juga ketika ditawari masuk ke dalam kabinet sebagai Mentri Pertahanan (Menhan), "Demi bangsa Indonesia..., saya bersedia membantu jika dibutuhkan". Dan kebetulan Jokowi membutuhkan Prabowo untuk bidang pertahanan.
Lalu, bagaimana dengan Faldo? Kelihatannya ia juga konsisten untuk bangsa Indonesia, walaupun harus pindah daerah dari Bogor ke Sumatera Barat. Tak hanya sampai disitu, ia juga rela pindah partai dari Partai Amanat Nasional (PAN) ke Partai Solidaritas Indonesia (PSI), tentunya untuk mendapatkan kursi Sumbar-1. Padahal sangat sulit baginya maju dari PSI untuk menduduki kursi Sumbar-1 tersebut.
Walaupun keduanya kelihatan sama-sama konsisten untuk 'Bangsa Indonesia', namun keduanya memiliki nasib yang berbeda. Prabowo sudah 'nyaman' menduduki kursi sebagai Menhan, sedangkan Faldo masih meraba-raba dan tersandung untuk mendapatkan kursi Sumbar-1 tersebut.
Bekas Ketua BEM UI ini, tentu masih memiliki banyak waktu untuk belajar. Faldo sadar bahwa Gerindra, PAN, PKS dan Demokrat merupakan partai basis kemenangan Prabowo di Sumatera Barat dengan angka yang cukup signifikan. Adapun PSI masih jauh berada di bawah dan belum muncul ke permukaan. Ketika Faldo pindah dari PAN ke PSI dan langsung menjabat sebagai Ketua DPW PSI Sumatera Barat, sepertinya dukungan dari berbagai daerah mulai berdatangan.