Mohon tunggu...
Alifah Nurkhairina
Alifah Nurkhairina Mohon Tunggu... Freelancer - Fresh Graduate

Penulis Rumahan

Selanjutnya

Tutup

Nature

Mengenang Bencana Palu

22 Maret 2019   08:49 Diperbarui: 22 Maret 2019   09:36 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jumat, 28 September 2018, Alam kembali berteriak. Guncangan gempa bumi di titik bagian tengah Sulawesi, Palu, petang itu dirundung Pilu. Tak hanya berguncang, Palu pun kedatangan gelombang tsunami yang mengganas. Menyapu semuanya tanpa terkecuali.

Jumat itu, Festival Pesona Palu Nomoni yang ketiga kalinya, Hancur tak tersisa. Hari yang dimana harusnya menjadi awal dari rangkaian acara untuk tiga hari kedepan rupanya mengundang luka bagi mereka yang terlibat. Gempa memang tidak bisa diprediksi kapan dia tiba bahkan disaat manusia sedang terlena akan dunia.

Sebelumnya, Palu katanya daerah yang sudah mendapat perhatian lebih dalam pembangunan kotanya. Perencanaan kota yang dianjurkan untuk menanggulangi bencana ternyata tidak diindahkan oleh pemerintah sekitar. Pembangunan terus menerus, namun kota Palu ternyata tidak mampu lagi menahan tekanan dari infrastuktur yang melampaui batas. Ternyata memang, peringatan itu tidak diindahkan. Hari itu, Gempa, Tsunami dan tak lupa juga likuifaksi mereka berlomba-lomba dalam memakan korban.

Bencana Palu, Sulawesi, Indonesia bahkan dunia, berduka. Kita semua bersaudara. Mereka sedang terguncang, kami siap menopang. Banyak korban jiwa yang berjatuhan. Melihat saudara kita yang sedang tidak baik-baik saja, kamipun tergerak. Beberapa membuka donasi, ada yang menyumbang harta benda dan adapula yang menjadi relawan. Antusiasme masyarakat terutama di provinsi Sulawesi Selatan sangat patut diapresiasi.

Mereka berlomba-lomba membuka donasi. Mengumpulkan sebanyak-banyaknya bantuan. Ada yang bergairah turun kejalan membuka kesempatan kepada mereka yang derma saat sedang menunggu dipersimpangan lampu merah. Ada yang berjatuhan keringatnya sebab berbolak balik mensortir bantuan donasi yang luar biasa melimpah di posko bantuan, dan ada pula yang meskipun lemah dia tetap berkontribusi dalam membantu saudaranya, yah dengan doa, donasi berupa uang tunai dan yang menjadi salah satu hal yang paling berperan penting adalah penyebaran info melalui media sosial yang begitu luar biasa.

Di era sekarang ini, informasi yang beredar dari satu gadget ke gadget lainnya, sangatlah cepat. Dengan satu kali klik, informasi tersebut dapat diakses oleh seluruh orang di dunia. Hal inilah yang membantu kami dalam menopang para korban Gempa dan Tsunami Palu dan sekitarnya.

Namun, ada pula yang memanfaatkan kecanggihan teknologi ini dengan menyebarkan berita hoax. Sehingga antara berita benar dan berita hoax hampir tidak bisa dibedakan. Beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab sengaja membuat berita hoax yang sampai saat ini belum diketahui atas dasar apa membuat hal seperti ini.

Palu, saudaraku. Sebagai umat yang beragama, mungkin ini sebagian kecil dari teguran Yang Maha Kuasa. Kita sedang dirindukan. Bangkitlah kembali, berlarilah menuju Allah. Jadikan Palu kembali bersih dari hal-hal yang mengganggu moral. Saudarakuu, tersenyumlah lagi.. Maafkan kami yang belum maksimal dalam menyalurkan bantuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun