Dalam geming malam yang mendalam aku tersuntuk dalam wejangan waktu yang semakin naif. Bulir-bulir pikiran melayang tak tentu, menciptakan simfoni sentimen yang beralun runyam.
Sprei, Bantal, Guling hingga ranjang mematung dalam keberantakannya bilik yang menampung resah atas pasarah, rona dinding jua membisu, menatap ujung-ujung kenestapaan yang riang memeluk diriku
Cemas menyeruak dalam nalar yang berkaru. Keping-keping asa tak lagi memperkasa
Sebab sangkakala harapan berhenti mengalunkan rasa
Yang sempat menyeruak dalam daksa
Aku masih termangut dalam lekuk-lekuk sedih yang mendidih Dalam cumbu dimensi jenaka yang tak beretika.
Sejenaka itukah kau meninggalkanku?
Dalam derasnya rinai renjana untukmu
Sedang kau kaku membalas senyumku
Kau buat seolah aku adalah peri hibatmu yang kau dambakan. Nyatanya aku adalah neraka untuk kau elakkan.
Terimakasih....
Atas engkau yang berhasil membuatku berantakan
Hingga terlentang mimpi-mimpi yang kusematkan