Mohon tunggu...
Nur Inayati Fauziyah
Nur Inayati Fauziyah Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

Passionate in environmental, early childhood education and globalization issues. Loves to write everything.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Atasi Perubahan Iklim Lewat Paradigma Anti-Mainstream

2 Juni 2023   14:56 Diperbarui: 2 Juni 2023   15:01 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang Profesor bernama Kate Raworth menginisiasi sebuah paradigma ekonomi baru yaitu circular economy -- suatu paradigma anti-mainstream yang menawarkan pertumbuhan ekonomi tidak hanya dilihat dari PDB suatu negara saja tapi juga memperhitungkan nilai produk, bahan dan sumber daya dalam perekonomian selama mungkin, sehingga meminimalkan kerusakan sosial dan lingkungan yang disebabkan oleh pendekatan ekonomi linier. Sederhananya, paradigma ini menekankan bahwa kita boleh mengambil sumber daya dari alam untuk kegiatan ekonomi tetapi secukupnya saja (tidak boleh berlebihan), kemudian mengolahnya menjadi suatu produk yang sustainable serta memastikan bahwa produk tersebut terdistribusi secara merata. Ia juga menjelaskan bahwa model ekonomi yang dapat mendukung mitigasi perubahan iklim adalah model ekonomi donat. 

Ekonomi donat ini muncul sebagai jawaban atas krisis alam yang terus terjadi karena model ekonomi klasik yang mementingkan pertumbuhan linear. Kita tidak bisa terus menerus menggunakan ekonomi klasik karena ada saatnya nanti bumi kita akan hancur karena kegiatan ekonomi yang tidak memperhatikan lingkungan. Layaknya sebuah kue donat, lingkaran yang pertama adalah lingkaran yang berada di bagian dalam yang menggambarkan sumber daya yang cukup bagi manusia untuk memiliki kehidupan yang baik. 

Adapun yang menjadi elemen dalam lingkaran dalam tersebut adalah makanan, air bersih, tempat tinggal, sanitasi, energi, pendidikan, pelayanan kesehatan, dan demokrasi. Lingkaran yang kedua berada di bagian terluar donat. Lingkaran tersebut menggambarkan batasan-batasan alam yang dimiliki oleh bumi seperti potensi terjadinya krisis perubahan iklim, polusi air, penipisan ozon, punahnya spesies dan serangan-serangan lingkungan lainnya. 

Ruang yang terdapat di antara kedua lingkaran tersebut, yang mana adalah donat itu sendiri, adalah ruang yang aman secara ekologis dan adil secara sosial. Di ruang tersebutlah umat manusia harus berjuang untuk dapat hidup. Tujuan ekonomi seharusnya dapat membantu manusia untuk memasuki ruang tengah dan tinggal di sana. Model ekonomi donat memungkinkan kita untuk melihat secara komprehensif dan menemukenali di mana posisi kita berada. Kecenderungan saat ini adalah umat manusia yang telah melampaui kedua lingkaran, baik dalam maupun luar. Miliaran orang masih hidup di lingkaran dalam, dan tentu aktivitas sehari-hari telah membawa kita melampaui lingkaran terluar dan membahayakan kelestarian bumi. Untuk mengetahui penjelasan lebih lanjut tentang ekonomi sirkular dan ekonomi donat ini kalian bisa menonton video nya disini ya.

Gambar Ekonomi Sirkular (Sumber: Bappenas RI)
Gambar Ekonomi Sirkular (Sumber: Bappenas RI)
Gambar Ekonomi Donat (Sumber: Edie.net)
Gambar Ekonomi Donat (Sumber: Edie.net)
Tentu saja paradigma ini masih sangat baru dan belum banyak orang tahu atau bahkan menerapkannya di Indonesia. Namun, kita bisa melihat bahwa paradigma anti-mainstream ini dapat menjadi solusi yang tepat untuk memulihkan kondisi bumi kita yang sekarang tidak sedang baik-baik saja. Paradigma sebagai suatu keyakinan atau kepercayaan yang mendasari seseorang dalam melakukan suatu tindakan menjadi pedoman dasar bahkan hingga mempengaruhi kita dalam mengambil keputusan sehari-hari. Contoh sederhananya, ketika kita dihadapkan pilihan untuk membeli kulkas seharga 4 juta rupiah tapi mempunyai daya listrik yang boros vs kulkas seharga 8 juta rupiah tapi mempunyai daya efisiensi yang tinggi (hemat listrik) mana yang harus kita pilih?. Jika kita memegang paradigma yang tepat dalam hal ini pro-lingkungan tentu kita akan memilih untuk membeli kulkas yang lebih mahal 2x lipat tetapi kedepannya tagihan listrik kita akan lebih murah dan akan lebih awet dipakai sampai bertahun-tahun lamanya. Hal ini tentu akan menghemat pengeluaran kita perbulannya. Memang lebih mahal diawal, tetapi kedepannya akan jauh lebih hemat dan long-lasting. Analogi sederhana seperti itu lah sebenarnya yang bisa menggambarkan kita tentang bagaimana pengaruh paradigma terhadap pilihan hidup kita, termasuk pula soal transisi energi yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia. Melakukan transisi energi memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit, akan tetapi ketika hal itu sudah tercapai tentu negara kita akan jauh lebih hemat dalam cost pengeluaran energi, jauh lebih ramah lingkungan sehingga mitigasi risiko perubahan iklim pun dapat dilakukan dengan baik. Untuk itu kita perlu #BersamaBergerakBerdaya demi mempersembahkan yang terbaik #UntukmuBumiku.

Kalau #BersamaBergerakBerdaya versi kalian apa nih? Boleh dong tulis di kolom komentar ya!


Referensi :

https://maritim.bmkg.go.id/glossaries/64/El-Ni%C3%B1o-Southern-Oscillation-ENSO 

https://www.mongabay.co.id/2021/10/16/masyarakat-adat-krisis-iklim-dan-konflik-pembangunan-bagaimana-solusinya/ 

https://www.handalselaras.com/mengenal-doughnut-economy-konsep-ekonomi-yang-penuh-kebaikan-untuk-pertumbuhan-kota/ 

https://lindungihutan.com/blog/emisi-karbon/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun