[caption id="attachment_79016" align="alignleft" width="300" caption="anugerah jurnalistik pemko tanjungpinang 2010"][/caption] [caption id="attachment_79017" align="alignright" width="300" caption="senyum syukur"]
[/caption] Alhamdulillah itu yang terucap dari bibir saya ketika judul tulisan saya disebut sebagai
juara harapan, pada Malam Anugerah Jurnalistik Pemko Tanjungpinang 2010 yang berlangsung tadi, Senin malam (6/12/) di Hotel Comfort. Bagaimana saya tidak bersyukur, karena setidaknya saya masih bisa menorehkan prestasi, karena sejak setahun terakhir lebih saya lebih banyak kerja di belakang meja, mengedit berita. Saya bisa dibilang sudah jarang turun ke lapangan, hanya sesekali berjanji dengan narasumber khususnya para kepala dinas di kantornya untuk artikel  di majalah saya. Karena memang posisi saya sekarang ini sudah redaktur dan penanggungjawab halaman otonomi daerah Kota Tanjungpinang.Jadi bisa dikatakan saya sudah tidak punya kewajiban untuk liputan ke lapangan setiap hari. Bahkan untuk mengikuti lomba menulis itu, saya nyaris tak ada bahan. Karena yang diserahkan ke panitia adalah kliping berita atau artikel yang dimuat di
media masing-masing jurnalis. Saya harus bongkar-bongkar arsip majalah di rumah, berharap menemukan sejumlah artikel yang pernah saya tulis dalam masa rentang Januari - November 2010. Bahkan undangan untuk mengikuti lomba itu, juga sampai ke kantor saya seminggu sebelum masa penyerahan kliping berakhir. Bisa dikatakan saya tidak terlalu berharap bisa menang karena niat saya hanya memenuhi undangan tersebut. Alhamdulillah saya menemukan artikel yang bisa saya serahkan ke panitia :) . Metode anugerah jurnalistik tahun ini memang beda, karena peserta hanya disuruh mengumpulkan kliping berita dan artikel mereka. Kalau tahun 2008 lalu, peserta memang khusus menulis artikel atau berita untuk kegiatan tersebut. Peserta diberi rentang waktu untuk menyiapkan artikel dan berita yang akan dilombakan. Alhamdulillah tahun 2008 itu saya menyabet juara pertama dan waktu itu memang masih rajin turun ke lapangan :). Â Wajar jika dalam kondisi sudah tak turun ke lapangan dan lebih aktif di organisasi wanita dan mengelola toko online serta menulis sastra, saya sangat bersyukur masih bisa berprestasi di dunia jurnalistik. Alasan itulah yang saya sampaikan kepada sejumlah orang yang mempertanyakan mengapa saya hanya dapat harapan. " Kalau saya juara bisa dapat gosip yang tak sedap. Sudah jarang ke lapangan eh juara pula, begitu gosipnya nanti," alasan saya sambil tertawa. Hal itu pantas saya ucapkan, karena pada tahun 2008 lalu ketika meraih juara pertama, saya mendapatkan gosip yang tidak sedap dari mereka yang hanya menilai wartawan media mingguan tak bisa berprestasi. Prestasi yang saya raih dianggap karena saya dekat dengan wali kota. Padahal penjurian dilakukan oleh juri independent dan tulisan yang dikirimkan ke juri tidak berisi data penulis. Tapi, untunglah waktu itu saya mendapatkan dukungan dari kawan-kawan yang tahu kwalitas saya, Â serta beberapa bulan sebelumnya saya juga meraih juara pertama dan kedua dalam sayembara mengarang cerpen se Kota Tanjungpinang. Jadi, mereka yang tahu kwalitas tulisan saya, menganggap prestasi saya itu wajar. Kecuali mereka yang memang tidak mengapresiasi kemampuan orang lain, apalagi memandang remeh pada majalah mingguan.
Jangan lihat medianya, tapi lihatlah kwalitas jurnalisnya.Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Inovasi Selengkapnya