Mohon tunggu...
Ina Fatah
Ina Fatah Mohon Tunggu... Administrasi - blogger, penulis, karyawan

seorang ibu rumah tangga yang hobi membaca dan mau terus belajar untuk meningkatkan kompetensi diri yang penting tiap hari menulis, penting tak penting, yang penting ditulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar Pelayanan dari Sopir Taksi

15 Oktober 2010   17:06 Diperbarui: 16 November 2015   11:48 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi saya belajar itu bisa dimana saja, kapan saja dan pada siapa saja. Jadi pepatah minang yang mengatakan "alam takambang jadi guru " atau artinya alam terbentang menjadi guru bagi kehidupan, sering saya alami, rasakan dan jadikan pedoman. Kali "guru" bagi saya adalah seorang sopir taksi. Saya belajar sejumlah hal dari dia, bukan karena omongan dia yang menggurui saya. Tapi, cara dia melayani penumpang dan langganan taksilah yang membuat saya belajar dari dia.

Mau tau ceritanya ? yuk disimak dan moga tak bosan. Kemarin saya ke nyebrang ke Batam. Menemani kakak ipar yang mau belanja keperluan klinik bersalin dia dan sekaligus memenuhi undangan sebuah bank yang mengadakan penarikan undian. Biasanya kakak saya dijemput oleh saudara yang tinggal di Batam. Tapi, karena pada waktu itu hari kerja, kakak saya tak mau merepotkan sodara itu. Jadi saya tawarkan untuk naik taksi langganan saya.

Sebenarnya bukan langgan juga, hanya sesekali kalau saya ke batam. Tapi memang setiap ke batam meski hanya sesekali ( setahun kadang cuma 2 kali padahal dekat hehehe ) saya biasa menggunakan jasa bapak itu menjemput dari pelabuhan punggur menuju tempat yang saya tuju.

Sekali jalan saja biasanya dan kemudian pas saat mau kembali kembali ke pelabuhan punggur. Kakak saya setuju. Di pelabuhan punggur kami sudah ditunggu. Cuma saya saja yang kebingungan karena mobil dia sudah berganti dari dulu jenis sedan sekarang berganti ukuran lebih besar seperti mobil kijang.

Sopir yang biasa saya panggil pak itu mengantar kami ke hotel tempat acara bank dan rencana kami menginap. Sebelum masuk hotel berbintang 4 itu ia menanyakan apakah kami sudah pesan kamar via telepon. Kakak saya mengaku belum. Dia berpesan kalau pesan kamar bilang tamu dari dia dan biasanya dikasi harga khusus. Tapi, kami tetap meminta dia membantu jika nanti tak dikasi harga khusus tadi. Kami pun masuk ke dalam hotel itu dan menunggu di depan resepsionis. Sepertinya hari itu banyak acara di hotel itu, sehingga tamunya ramai. Ternyata tak ada kamar lagi yang kosong.

Pak sopir itu pun mencoba nego dengan resepsionis yang sepertinya sudah akrab dengannya. Resepsionis mencoba mencari di data komputer dan ternyata memang tak ada kamar yang kosong siang itu. Dia menanyakan kepada kami alternatif hotel yang mana yang kami inginkan. Kakak saya menginginkan hotel bintang 4 juga tempat ia bisa menginap. Tapi, bapak sopir taksi itu juga memberikan pilihan sejumlah hotel lain.

Akhirnya kami mencoba melihat hotel yang ia tawarkan, tapi akhirnya kakak saya tetap ingin ke hotel bintang 4 lain tempat ia biasa menginap. Bapak sopir taksi itu pun tanpa kami minta segera menelepon resepsionis hotel dan menanyakan kamar. Ia khawatir hotel itu juga penuh mengingat dalam beberapa hari itu Batam sedang banyak menjadi tempat kegiatan dari kantor-kantor di Jakarta.

Ternyata masih ada kamar kosong dan ia meminta harga khusus untuk kami. Akhirnya kami pun check in di hotel yang juga tak kalah ramai dengan tamu peserta sejumlah kegiatan di hotel itu. Kami mendapatkan harga khusus jauh dari biasanya. Setelah menyelesaikan proses pembayaran dan deposit, bapak itu pun membantu kami mengantarkan tas dan barang kami ke kamar di lantai 12. Padahal biasanya tas dibawakan oleh roomboy. Setelah meletakan tas kami, ia meminta izin untuk menunggu di lobby hotel. Karena memang kami hanya sebentar di kamar untuk sholat zuhur.

Ketika kami turun ke lobby ternyata itu bapak ketiduran di kursi. Kami memintanya mengantarkan ke sebuah pusat perbelanjaan untuk makan siang. Ia mengantarkan kami dan menolak ketika diajak makan siang bersama. Bahkan ia mengatakan akan menunggu kami saja di parkiran. Tapi kami menolak dan mempersilahkan ia mengantarkan penumpang lain saja, karena kami mungkin sampai sore di sana. Ketika selesai makan, cuci mata dan membeli sejumlah barang, saya pun mengontaknya untuk menjemput di mall itu.

Ternyata itu bapak sudah dari tadi menunggu di parkiran. Kami pun langsung ke hotel untuk istirahat sebentar dan bersiap-siapa ke acara bank yang dalam undangan mulai pukul 7 malam. Kami memintanya menjemput setengah jam sebelum acara itu dimulai. Ia pun mengiyakan dan seperti biasa membukakan pintu mobilnya untuk kami dan membantu membawakan barang-barang belanjaan hingga kamar.  Satu jam istirahat dan bersiap-siap, saya pun mengontak dia untuk kembali menjemput kami dan mengantarkan ke hotel tempat acara. Ternyata itu bapak dari tadi tetap menunggu kami di lobby hotel.

Ia mengaku tanggung untuk pulang ke rumahnya dan memilih menunggu saja di lobby supaya tidak telat menjemput kami. Saya dan kakak hanya geleng-geleng kepala melihat "kesetiaan" dia. Setelah mendrop di hotel tempat acara, dia juga mengaku akan menunggu di lobby. Tapi saya dan kakak tetap mempersilahkan dia mencari penumpang lain atau kemana dulu. Soalnya acara itu tak tahu jam berapa selesainya. Pukul 11 malam kami berinisiatif kembali ke hotel mengingat kakak saya tidak enak badan dan acara masih belum selesai. Saya pun menghubungi pak sopir taksi itu.Eh ternyata dia mengaku sudah di lobby hotel dan menunggu sejak mendrop kami di sana. "Saya tidur di kursi lobby saja bu. Tanggung pulang, kalau sudah sampai di rumah  nanti ketiduran," alasannya.

Kembali kami hanya geleng-geleng kepala melihat cara dia melayani kami. Padahal kami tak ada komitmen untuk menyewa taksi dia untuk satu hari atau setengah hari. Yang jelas saya hanya mengatakan kalau saya butuh, saya akan panggil dia. Tapi, dia ternyata memilih untuk tetap "setia" dengan kami. Keesokan harinya saya mengontak dia untuk menjemput kami pada jam yang sudah saya tentukan. Ternyata dia sudah menunggu lebih awal di lobby hotel. Dia pun mengantar kami ke sebuah tempat penjualan alat-alat medis yang akan dipesan kakak saya. Ternyata bapak sopir taksi itu tahu tempatnya, padahal sebenarnya kakak saya baru pertamakali ke sana dan ia hanya dapat nama dari temannya. "Untung kami diantar bapak ini, kalau tak mungkin sudah mutar-mutar entah kemana," kata kakak saya.

Alasan kakak saya wajar, karena tempat itu berada di komplek perumahan dan bukan pusat perbelanjaan melainkan semacam grosir dan hanya ada plang nama CV usaha itu.Orang yang tidak biasa kesana dipastikan akan kesulitan mencarinya. Si bapak pun dengan setia menunggu kakak saya memilih barang-barang yang ia perlukan. Ada sekitar 1 jam kami di tempat yang "aneh" bagi saya hehehe..karena biasa shopping barang-barang wanita, sekarang melihat benda-benda medis yang "aneh-aneh" di mata saya.

Setelah itu kami meminta dia mengantarkan ke mall untuk membeli oleh-oleh pesanan keluarga di rumah. Seperti biasa dia setia menunggu tanpa mau mencari penumpang lain dahulu.Padahal kami sudah mempersilahkannya dan akan mengontak saat kami butuh dia. Usai belanja kami pun menuju pelabuhan punggur untuk kembali ke kota saya. Ia mengantarkan kami hingga atas kapal dan menyalami kami sebelum turun. Kakak saya yang mengaku pertamakali melihat sopir taksi sebaik itu, berjanji akan menggunakan jasa dia kembali kalau suatu saat ke batam lagi. "Nomor hp bapak saya simpan ya, nanti saya hubungi kalau saya ke sini lagi. Biasanya saya dijemput saudara saya, tapi lain kali saya pakai bapak saja," tutur kakak saya kepadanya.

Pelajaran apa yang saya pribadi petik dari bapak sopir taksi itu ? 1. Dia benar-benar menjadikan penumpang sebagai "aset" dan ia menjaganya dengan pelayanan yang baik dan membuat penumpang nyaman dan terbantu, seperti membukakan pintu dan membawakan barang 2. Ia memberikan berbagai kemudahan kepada penumpang/ pelanggan, sehingga penumpang merasa sangat berkesan dengan sikapnya itu, seperti mencarikan hotel dan meminta harga khusus untuk kami. Seperti dia tak mencoba membawa kami berputar-putar mencari alamat yang kami tidak tahu. 3. Ia menepati janji dan tak membuat penumpang/pelanggan menunggu. Lebih baik ia menunggu daripada ditunggu. Seperti ia menunggu di parkiran dan lobby hotel supaya kami tak lama menunggunya. 4. Ia tidak meminta harga yang berlebihan atas segala pelayanan yang ia berikan. Tapi kami memberikan tips yang pantas untuk pelayanan dia Apakah anda pernah menemukan sopir taksi seperti ini ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun