Mohon tunggu...
Ina Barina
Ina Barina Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Ilmu Komunikasi

Terimakasih sudah membaca :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dilematis Kaum Bawah dalam Menghadapi Kebijakan Larangan Mudik

4 Mei 2021   09:56 Diperbarui: 4 Mei 2021   10:15 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemerintah Indonesia resmi merilis peraturan mengenai larangan mudik lebaran tahun ini, pada awal April lalu. Sejak diterbitkannya peraturan tersebut, isu demi isu berkembang di masyarakat luas. Hal tersebut mengingat dampaknya akan sangat besar bagi para buruh harian. Perlu diketahui, isu mengenai diberhentikannya seluruh moda transportasi darat pada masa larangan mudik merupakan hal yang paling menjadi perbincangan di masyarakat kaum bawah.

Tidak bisa dipungkiri, maksud tegas pemerintah dalam menerbitkan kebijakan ini mengingat laju kasus Covid-19 yang masih terus berjalan di seluruh daerah. Mobilitas memang menjadi salah satu faktor yang paling mempengaruhi kasus Covid-19 di Indonesia, sehingga pemerintah berharap kebijakan ini mampu mengurangi laju penyebaran kasus Covid-19, tetapi bagaimana solusi yang diberikan untuk kaum bawah?

Larangan mudik mulai 6-17 Mei bukanlah menjadi rentang waktu yang sebentar bagi para buruh harian. Mereka yang mengandalkan penghasilan dari jalanan, tentunya akan mengalami kesulitan dengan kebijakan tersebut. Katakanlah untuk para tulang punggung keluarga yang bekerja mengandalkan mobilitas dari moda transportasi darat, seperti sopir, kernet, pedagang asongan, dan lain sebagainya. Jika kebijakan tersebut memaksa pemberhentian mobilitas moda transportasi, tentunya sumber penghasilan mereka pun juga akan hilang. Selama 11 Hari berhenti, tentunya akan melumpuhkan perekonomian mereka yang baru saja mengalami kepulihan ditengah masa pandemi ini.

Lalu, hal yang kembali menjadi perhatian adalah mengenai para pekerja yang selama ini mengandalkan transportasi umum. Para pekerja pabrik misalnya, apabila moda transportasi darat berupa kendaraan-kendaraan umum itu diberhentikan, bagaimana akses mereka nanti? Yang mana diketahui pun, tidak semua pekerja mampu beralih ke kendaraan pribadi mengingat kondisi ekonomi mereka. Apakah mungkin pabrik-pabrik akan memberikan kelonggaran pada pekerjanya yang kesulitan akses?

Berbagai dilematis itupun menghantui para kaum bawah, mengingat kembali bagaimana momen lebaran tahun lalu sudah begitu mencekik mereka. Lalu, bagaimana nasib mereka di momen lebaran tahun ini? Tentunya, para kaum bawah berharap pemerintah dapat memberikan kejelasan mengenai arah kebijakan tersebut dan solusi untuk dilematis yang dialami kaum bawah selama masa larangan mudik tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun