Mohon tunggu...
amina rohmah
amina rohmah Mohon Tunggu... Administrasi - admin verif data keuangan

lulusan sarjana psikologi yang tercebur dalam dunia manajemen data keuangan di sebuah instansi kesehatan. Duduk bercengkrama, tertawa, mendengarkan musik adalah support terbesar dalam menulis dan mendalami sebuah kehidupan akan kegagalan yang telah dilalui.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kemarin, Sekarang, Esok, dan Lusa Sisi dari Abnormalitas

10 September 2014   05:30 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:08 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Demonologi istilah yang berupa keyakinan bahwa sesuatu yang” jahat” seperti ruh, setan, dan sejenisnya dimana biasanya mengendalikan manusia.

Sejarah abnormalitas dahulu adalah berakar dari istilah tersebut di mana abnormalitas itu ditandai dengan adanya pengaruh dari demon atau roh jahat. Itulah mengapa dinamakan dengan demonologi awal, karena memang kedudukannya berada pada tingkat awal abnormalitas itu tercetus dan mengapa adanya abnormalitas. Dari persepsi tersebut akhirnya terdapat pemisahan antara ilmu kedokteran dari anggapan-anggapan takhayul yang disebut dengan istilah Smotogenesis pada abad V SM oleh Hippocrates (460-377 SM). Hippocrates beranggapan menyatakan bahwa

üOtak adalah organ kesadaran kehidupan intelektual dan emosi,

üPikiran dan perilaku yang menyimpang adalah indikasi patologi otak,

Hippocrates juga mengklasifikasikan gangguan mental menjadi tiga, yaitu mania, melankolis, dan prenitis / demam otak. Menurut Hippocrates otak yang normal (mental sehat) bergantung pada keseimbangan empat humor / cairan tubuh, darah, empedu hitam, empedu kuning dan hitam.

Setelah adanya demonologi awal dan somatogenesis, terjadilah zaman pertengahan yaitu terletak pada abad kegelapan dan demonologi. Dimana zaman itu diawali dengan kematian Galen (beliau adalah dokter klasik yang hidup pada tahun 130-200), disana terdapat berbagai perkara yang muncul yang meliputi pengambilalihan otoritas dokter era klasik oleh gereja, kekacauan sosial ekonomi Eropa sehingga kembali pada demonologi, orang sakit jiwa itu layaknya tukang sihir, adanya perintah hukuman mati tukang sihir oleh Paus Innocent VIII pada tahun 1484, Paus juga menerbitkan Malleus Maleficarum (Palu Para Tukang Sihir) yaitu manual lengkap perburuan  tukang sihir, hilangnya nalar menandakan simtom kerasukan setan, dalam pengadilan massa, tukang sihir (tertuduh) akan diuji dengan dibakar dan ditenggelam untuk membuktikan (exorcism = pengusiran), hukuman bagi yang mengaku dan menyesal sama dengan seumur hidup, dan bagi yang bersalah dan tidak menyesal sama dengan eksekusi mati.

Zaman pertengahan yang semakin mencekam itu terjadi tanpa adanya dugaan, karena memang dari awal, abnormalitas itu sudah dimulai dengan perspektif yang jahat dengan menggunakan demon tersebut. Semakin berkembangnya zaman, semakin banyaknya orang yang sakit jiwa, dimana dalam zaman pertengahan telah disebutkan perburuan terhadap tukang sihir, yang mereka anggap itu orang yang sakit jiwa.

Pada akhirnya dari zaman pertengahan yang di dalamnya adalah kegelapan dan demonologi, muncullah perkembangan Rumah Sakit Jiwa (RSJ). Dalam perkembangan RSJ itu terjadi bahwa sebagian besar tertuduh dalam kenyataannya tidak mengidap sakit jiwa, pengakuan yang disebut delusi (seperti bersetubuh dengan setan) itu rata-rata keluar karena siksaan agar mengaku padahal dalam kenyataannya itu hanyalah akal-akalan semata dari yang berbuat terutama fitnah dari laki-laki. Pada akhirnya pada abad 13 otoritas  sipil mengambil alih peran gereja dalam penanganan kasus kelainan kejiwaan. Pengadilan ‘kegilaan’ yang dilakukan pada abad ini lebih menekankan pada orientasi, ingatan, kecerdasan, kebiasaan, dan kehidupan sehari-hari.

Dalam perkembangan ini, terdapat berbagai perlawanan terhadap orang yang tidak waras sampai ingatannya kembali. Sampai pada abad 12-15 jumlah RSJ pun sedikit berkurang dan terjadinya krisis ekonomi sehingga pelayanan kejiwaan pun bercampur dengan pelayanan pengemis. Akhirnya nasib RSJ pun kian miris, sehingga Biara Santa Marta Betlehem pun menjadi RSJ dikarenakan kondisi yang sangat buruk dengan penghuni liar akhirnya Betlehem menjadi salah satu tempat wisata yang tak kalah dengan pengunjung Menara London dan Westminister.

Itulah sekelumit bagaimana sejarah abnormalitas yang diidentikkan dengan orang yang sakit jiwa. Dan itu semua baru dari perspektif barat yang memandang sangat ekstrem dari demonologi, somatogenesis, hingga sampai pada mundurnya perkembangan RSJ. Hingga sampai saat ini RSJ masih saja dalam bagian pembangunan Belanda, di negara ini buktinya, mayoritas bangunan dari RSJ adalah peninggalan orang barat sebut saja Belanda. Sampai saat ini pun masih membingungkan apakah memang ada kelayakan bagi pasien yang sakit jiwa berada di tengah – tengah masyarakat ini. Semuanya pasti masih menimbulkan pertanyaan dimana pertanyaan itu akan memberikan jawaban perbedaan dari abnormalitas dari perspektif dahulu, sekarang, dan saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun