Cinta kasih yang tulus akan menafikan persepsi, stigma maupun sentimen negative antar umat beragama. Bagi sebagian komunitas Kristiani, “peristiwa Riyanto” membawa pengaruh yang siginifkan bagi pemahaman terhadap Islam. Jika selama ini Islam diidentikkan dengan teroris dan penyebar ketakukan berbalik 180 derajat.
Dibalik peristiwa ini, gambaran Islam yang Rahmatan Lil ‘Alamin (kehadirannya di tengah masyarakat mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi manusia maupun alam semesta) mengemuka di kalangan Kristiani maupun umat beragama lain.
Kedekatan antara keluarga almarhum Riyanto dengan pihak gereja GSJP hingga saat ini mengingatkan pada pepatah “tak kenal maka tak sayang.” Makin kuatnya pengenalan antar umat Beragama dan keyakinan akan membawa kepada kebersamaan dalam aktivitas sehari-hari. Hal ini secara perlahan namun pasti akan mengikis sekat dan persepsi negatif antar umat.
Tema natal Nasional 2024 “Marilah sekarang kita pergi ke Betlehem (Lukas 2:15) menggambarkan tentang adanya cinta kasih dan damai sejahtera dalam kesederhanaan sekaligus keterbukaan bagi semua golongan. Jika dikaitkan dengan perisitiwa Riyanto, semangat cinta kasih harus menjadi bagian dari hubungan antar umat di Indonesia.
Cinta kasih akan memampukan kita memahami dan bahu membahu antar umat dalam menghadapi tantangan global dan menyongsong dengan baik bonus demografi. Selamat Natal 2024. Terimakasih Riyanto sudah memberikan pembelajaran berharga bagi kami tentang cinta kasih dan ketulusan.
*Penulis adalah Dosen STTIAA dan Pemerhati Moderasi Beragama
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H