Yogyakarta adalah kota yang istimewa dengan kekayaan budayanya, keindahan alamnya, dan warisan sejarahnya yang kental. Di Yogyakarta sendiri terdapat banyak candi yang merupakan warisan sejarah yang menakjubkan. Salah satunya adalah Candi Ijo, Candi Ijo memiliki keistimewaan sebagai candi tertinggi di Yogyakarta dan menawarkan pemandangan yang indah.
Candi Ijo merupakan candi yang bercorak Hindu, candi ini terletak di Jl. Candi Ijo, Nglengkong, Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55572. Candi ini berlokasi di daerah perbukitan yang memperkaya keindahan alam sekitarnya.
Pada tanggal 10 Juni kemarin, saya dan teman saya mengunjungi Candi Ijo. Kami memulai perjalanan dari Berbah, yang tidak terlalu jauh dari Candi Ijo. Kami berangkat pada pukul 15:10 dan menjelajahi jalan yang cenderung bagus.
Namun, ketika kami mulai mendekati arah Candi Ijo, kami harus melalui tanjakan yang cukup ekstrim. Tanjakan ini mungkin menantang bagi kendaraan dan pengemudi yang tidak terbiasa dengan medan yang curam. Meskipun begitu, dengan hati-hati dan kewaspadaan, kami berhasil melewati tanjakan tersebut dan melanjutkan perjalanan kami menuju Candi Ijo.
Tebing Breksi
Sebelum sampai ke Candi Ijo, kami melihat sebuah tempat wisata yang cukup ramai yang dikenal dengan nama Tebing Breksi. Kami memutuskan untuk singgah sebentar di sana untuk menikmati pemandangan yang menarik. Harga tiket masuk ke Tebing Breksi adalah 10.000 rupiah, belum termasuk biaya parkir.
Tebing Breksi memang terbentuk dari batuan kapur tua yang memiliki sejarah penambangan oleh warga sekitar. Namun, seiring berjalannya waktu, kegiatan penambangan tersebut tidak lagi diperbolehkan dan Tebing Breksi telah bertransformasi menjadi salah satu tempat wisata yang populer di Yogyakarta.
Pada Tebing Breksi, batuan kapur dipahat membentuk relief dan patung yang menggambarkan cerita dari pewayangan Jawa.
Setelah kami singgah sejenak dan menikmati keindahan Tebing Breksi, saya dan teman saya pun merasa terpukau oleh pengalaman tersebut. Namun, kami juga merasa semakin bersemangat untuk melanjutkan perjalanan kami menuju Candi Ijo yang menjadi tujuan utama kami. Jarak antara tebing breksi dan candi ijo tidak terlalu jauh hanya sekitar 900 meter saja.
Setelah kami tiba di Candi Ijo, kami mencari tempat parkir yang tidak terlalu jauh dari lokasi candi. Setelah menemukan tempat yang sesuai, kami memarkir kendaraan kami dan bersiap-siap untuk menjelajahi candi yang indah ini. Sebelum masuk, kami membayar tiket masuk dengan biaya sebesar 7.000 rupiah per orang untuk wisatawan domesti dan 12.000 untuk wisatawan mancanegara.
Setelah melewati beberapa anak tangga, kami akhirnya dapat melihat Candi Ijo berdiri megah. Pemandangan dari atas bukit itu sungguh memukau. Disini kita bisa melihat Indahnya Yogyakarta dari ketinggian, kita juga bisa melihat landasan pacu dari Bandara Adisucipto.
Terdapat 3 candi kecil atau juga dinamakan candi perwara dan 1 candi utama, ketiga candi perwara tersebut menghadap ke timur sedangkan candi utama menghadap ke barat.
Pada perjalanan kali ini, saya bertemu dengan seorang warga lokal yang bernama Mas Arif. Karena rasa ingin tahu saya, saya pun memutuskan untuk bertanya kepadanya tentang alasannya berkunjung ke Candi Ijo.
"wah, saya sudah sering kesini mas, selain murah candi ijo juga gk terlalu jauh dari rumah saya," jawab mas arif
Lalu saya juga menanyakan tentang jalan yang cukup susah untuk menuju ke candi ijo, begini jawabannya "ya, dulu sih susah. Tapi sekarang jalan ke sini udah diperbaiki, jadi lebih enak. Tapi tetep hati- hati karena jalannya curam."
Selain bertemu dengan Mas Arif, saya juga berkesempatan bertemu dengan seorang wisatawan bernama Pak Hanif, yang berasal dari Bandung. ia sedang berlibur ke jogja dan menyempatkan untuk mengunjungi candi ijo, saya juga menanyakan alasannya mengunjungi candi ijo.
"Saya suka banget sama sejarah dan candi-candi di Yogyakarta mas. Candi Ijo jadi salah satu yang ingin saya kunjungi karena katanya pemandangannya bagus banget." Jawab Pak Hanif
Saya juga bertanya tempat wisata yang sudah pernah ia kunjungi selama berada di Yogyakarta, begini jawabannya. "Baru kopi klotok dan candi ijo mas, karena kami baru sampai tadi malam, mungkin habis ini kami jalan- jalan ke malioboro."
Saat matahari mulai terbenam, kami memutuskan untuk menikmati pemandangan sunset yang memukau di warung terdekat. Di sana saya dan teman saya berbincang dan memakan camilan yang kami beli di warung tersebut. Sambil menikmati hidangan lezat, kami menyaksikan perubahan warna langit menjadi oranye dan merah yang mempesona.
Namun, ketika malam mulai tiba, kami harus mengakhiri kunjungan kami dan pulang ke rumah masing-masing. Meskipun meninggalkan Candi Ijo, pengalaman yang saya dapatkan di sana tidak akan pernah terlupakan. Keindahan candi, pemandangan luar biasa, dan interaksi dengan pengunjung telah memberikan saya wawasan yang mendalam tentang pesona budaya dan alam Yogyakarta.
Saat mengunjungi Candi Ijo, saya juga melihat dengan jelas arsitektur candi yang khas, dengan relief-relief yang menggambarkan cerita dan legenda. Keberadaan Candi Ijo sebagai salah satu peninggalan sejarah Hinducdi Yogyakarta mengungkapkan kekayaan warisan budaya yang dimiliki oleh kota ini.
Selain itu, Candi Ijo juga menawarkan suasana yang tenang dan damai. Saya merasa seolah berada di tempat yang jauh dari keramaian kota, dapat menenangkan pikiran dan mengisi energi positif. Suara angin berdesir dan aroma alam yang segar membuat pengalaman di Candi Ijo semakin istimewa.
Pada kesimpulannya, mengunjungi Candi Ijo adalah pengalaman yang luar biasa. Keindahan pemandangan, interaksi dengan pengunjung, dan kesan mendalam tentang kekayaan sejarah dan budaya Yogyakarta membuat perjalanan ini tak terlupakan. Candi Ijo bukan hanya sekadar situs bersejarah, tetapi juga tempat yang memancarkan ketenangan dan keindahan alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H