Perubahan paradigma pembangunan desa telah menuntut pendekatan baru dalam pendampingan. Era desa tematik—yang menitikberatkan pada identitas unik dan potensi lokal desa—membawa tantangan sekaligus peluang bagi Tenaga Pendamping Profesional (TPP). Tidak lagi sekadar mendampingi administrasi dan program pembangunan umum, TPP kini harus adaptif dalam mendorong inovasi berbasis potensi khas desa.
Menteri Desa, Yandri Susanto, menjelaskan bahwa desa tematik bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan, melestarikan budaya, dan menciptakan identitas desa. Konsep ini diharapkan tidak hanya mencakup pemenuhan pangan, tetapi juga meningkatkan kualitas SDM dan kesejahteraan masyarakat desa (Kompas, 21/12/2024).
Berikut lima pokok perubahan pendampingan yang wajib diketahui oleh TPP untuk menyongsong era desa tematik:
1. Fokus pada Identifikasi dan Penguatan Potensi Lokal
Di era desa tematik, setiap desa diarahkan untuk memanfaatkan keunikan lokal sebagai fondasi pembangunan. Pendekatan ini menekankan pentingnya menggali potensi khas desa, baik dari sumber daya alam, budaya, hingga keterampilan masyarakat, sebagai dasar pembangunan berkelanjutan yang mencerminkan karakteristik unik desa tersebut.
TPP harus mampu melakukan pemetaan mendalam terhadap potensi desa dengan melibatkan masyarakat. Misalnya, desa dengan sejarah seni kerajinan tradisional dapat diarahkan menjadi desa kerajinan. Pendekatan ini tidak hanya memperkuat identitas desa, tetapi juga menciptakan rasa kepemilikan masyarakat terhadap tema yang diusung.
2. Integrasi Tema dalam Perencanaan Desa
Pendampingan perencanaan di era desa tematik tidak hanya berfokus pada pencapaian indikator administratif seperti RPJMDes dan RKPDes, tetapi juga mengintegrasikan tema desa ke dalam setiap aspek perencanaan. TPP harus memastikan bahwa visi, misi, dan program desa sejalan dengan tema yang telah ditetapkan.
Sebagai contoh, jika sebuah desa menjadi “Desa Wisata Mangrove,” alokasi anggaran dan program pembangunan infrastruktur harus mendukung ekowisata tersebut. Selain itu, pemberdayaan masyarakat juga perlu diarahkan untuk meningkatkan keterlibatan mereka dalam pengembangan wisata yang berkelanjutan.
3. Pendekatan Multisektoral dan Kolaboratif
Desa tematik menuntut keterlibatan berbagai pihak, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat. TPP berperan penting sebagai fasilitator yang menjembatani desa dengan stakeholder eksternal. Kerja sama ini memungkinkan desa mendapatkan dukungan yang diperlukan untuk mempercepat pencapaian tujuan pembangunan tematik.
Kolaborasi dengan perusahaan melalui program tanggung jawab sosial (CSR) bisa menjadi pendorong penting dalam merealisasikan desa tematik. Selain itu, kerja sama dengan perguruan tinggi dalam penyediaan riset dan inovasi akan memberikan solusi berbasis ilmu pengetahuan untuk memperkuat potensi desa secara berkelanjutan.
4. Pengembangan Kapasitas Berbasis Tema
Pendampingan di era desa tematik tidak hanya sebatas transfer pengetahuan umum, tetapi juga harus spesifik sesuai dengan tema desa. TPP perlu mengembangkan program pelatihan yang relevan dengan kebutuhan desa. Misalnya, untuk desa yang mengusung tema agribisnis organik, pelatihan pertanian organik harus menjadi prioritas.