Dalam jangka panjang, mereka mungkin dijauhi atau bahkan kehilangan posisi mereka karena dianggap tidak layak. Ini adalah bentuk balasan sosial yang mencerminkan Hukum Dzarrah dalam konteks kehidupan dunia.
Walau demikian, ada pelajaran yang bisa dipetik dari fenomena ini. Islam mengajarkan bahwa kekuasaan harus digunakan untuk menciptakan keadilan dan kemaslahatan. Pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu mendengarkan, memahami, dan melindungi orang-orang yang berada di bawah tanggung jawabnya.Â
Hal ini sesuai dengan ajaran Al-Qur'an: "Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkannya dengan adil" (QS An-Nisa: 58).
Dalam masyarakat modern, penerapan nilai-nilai keadilan ini dapat diwujudkan melalui sistem yang transparan dan akuntabel. Organisasi harus memiliki mekanisme pengawasan yang memastikan bahwa kekuasaan tidak disalahgunakan. Selain itu, pendidikan moral dan spiritual juga harus menjadi bagian integral dari pembentukan karakter pemimpin.
Sebagai penutup, kekuasaan merupakan ujian besar bagi manusia. Mereka yang menyalahgunakan kekuasaan untuk berbuat zalim akan menghadapi balasan, baik di dunia maupun akhirat. Dalam perspektif sosiologi, penyalahgunaan kekuasaan menciptakan ketidakadilan dan merusak kohesi sosial.Â
Dalam perspektif Islam, kezaliman adalah dosa besar yang akan diperhitungkan dengan teliti. Maka, sebagai pemegang kekuasaan, setiap individu harus menyadari tanggung jawabnya untuk menegakkan keadilan, bukan untuk menindas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H