Pada akhirnya, takdir menjadi indah bukan karena ia sempurna, tetapi karena kita mampu menemukan hikmah di balik setiap kejadian. Ketika pria itu merenungi perjalanan hidupnya, ia mulai memahami bahwa semua yang ia alami telah membentuknya menjadi pribadi yang lebih kuat dan bijaksana. Ia tidak lagi melihat takdir sebagai akhir, melainkan sebagai awal dari sesuatu yang baru.
Kisah ini mengingatkan kita bahwa hidup adalah perjalanan yang penuh dengan lika-liku. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Dengan ikhtiar, keikhlasan, dan dukungan dari orang-orang di sekitar, setiap tantangan bisa dihadapi. Takdir mungkin sudah ditentukan, tetapi bagaimana kita menjalani takdir itu sepenuhnya ada di tangan kita.
Sebagaimana pepatah mengatakan, “Hidup adalah 10% apa yang terjadi pada kita dan 90% bagaimana kita meresponsnya.” Maka, kapan takdir menjadi takdir? Jawabannya ada pada momen ketika kita berhenti melawan dan mulai menerima, bukan dengan menyerah, tetapi dengan keberanian untuk melangkah maju.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H