Di sebuah kota kecil yang semakin sibuk dengan hiruk pikuk modernitas, sekumpulan pria paruh baya menemukan makna kebahagiaan sederhana dalam kebersamaan. Mereka adalah Civitas Muda Mataram (CMM). Walaupun ada ironi dari namanya, namun nama tersebut seolah ingin mengabadikan semangat muda yang tak pernah pudar.
Civitas Muda Mataram (CMM) adalah cerminan dari sebuah perjalanan hidup yang telah melewati seperempat abad, sebuah komunitas yang lahir dari lingkar pertemanan semasa kuliah di IAIN Mataram, kini UIN Mataram.
Waktu telah mengubah kampus mereka, nama-nama fakultas, dan bahkan warna hidup mereka. Namun, ada satu hal yang tak berubah: kenangan bersama yang kini menjadi bahan tawa, pelipur lara, dan pengikat jiwa.
CMM adalah wajah keakraban yang bertahan melampaui waktu. Mereka dulu tergabung dalam banyak organisasi kampus, seperti KSR PMI, BKSM-SAKSI, sebuah organisasi mahasiswa yang menjadi wadah bagi idealisme muda. Masa itu, mereka masih menghirup semangat perlawanan terhadap tirani akademik, berdiskusi tentang teori sosial dan teologi, serta memupuk ambisi besar mengubah dunia.
Kini, meski mimpi besar itu mungkin telah berubah bentuk atau pudar di tengah kesibukan hidup, persahabatan mereka tetap membara. Dalam lingkaran CMM, gelak tawa menjadi pengingat bahwa mereka pernah menjadi pemuda penuh semangat.
Pertemuan mereka bukanlah acara formal dengan agenda kaku. Sebaliknya, suasana santai selalu mendominasi setiap kali mereka berkumpul. Entah itu di sudut warung kopi yang menghadap jalanan Mataram yang ramai, di rumah salah satu anggota yang hangat, atau di lokasi wisata lokal yang penuh nostalgia.
Dalam pertemuan itu, nostalgia menjadi tamu kehormatan. Setiap cerita yang diangkat dari masa lalu selalu diiringi tawa, sering kali sampai menggetarkan meja dan menumpahkan cangkir kopi. Mereka tertawa bukan hanya karena cerita itu lucu, tetapi karena menyadari betapa polosnya mereka dulu.
“Ingat tentara?” salah satu anggota membuka percakapan. Gelak tawa pun meledak. Cerita seperti ini terus mengalir, menjadi semacam terapi yang menyegarkan jiwa. Dalam lingkaran CMM, masa lalu tidak hanya dilihat sebagai kenangan, tetapi juga sebagai pelajaran untuk menertawakan diri sendiri.
Tidak ada hierarki dalam komunitas ini. Meski sebagian dari mereka kini telah menjadi "orang penting", semua kembali setara dalam CMM. Gelar dan jabatan ditanggalkan di pintu masuk.
Mereka tidak membicarakan pekerjaan atau target besar dalam hidup, melainkan hal-hal kecil yang membawa kebahagiaan. Setiap pertemuan seperti pengingat bahwa hidup tidak selalu harus serius. Kadang, yang kita butuhkan hanyalah ruang untuk tertawa bersama teman-teman lama.
Namun, CMM bukan sekadar kumpulan orang yang bernostalgia belaka. Komunitas ini juga menjadi wadah saling mendukung. Ketika salah satu anggota menghadapi kesulitan, yang lain akan hadir memberikan bantuan, baik dalam bentuk nasihat, dukungan moral, maupun bantuan nyata.
Solidaritas ini, yang ditanamkan sejak masa kuliah, terus tumbuh menjadi kekuatan yang membuat setiap anggota merasa memiliki keluarga kedua. Mereka sadar bahwa hidup tidak selalu mudah, tetapi dengan kebersamaan, beban terasa lebih ringan.
Kehadiran CMM juga menjadi pengingat bahwa persahabatan sejati tidak membutuhkan syarat yang rumit. Tidak ada aturan khusus untuk menjadi bagian dari komunitas ini, selain keinginan untuk menjaga tali silaturahmi.
Bahkan, anggota yang tinggal jauh dari Mataram pun selalu berusaha menyempatkan diri untuk bergabung dalam pertemuan-pertemuan ini. Mereka datang bukan karena merasa harus, tetapi karena ingin. Inilah bukti bahwa persahabatan sejati adalah tentang kenyamanan dan kebahagiaan.
Meski sering mengenang masa lalu, CMM juga merayakan masa kini dengan berbagi cerita, isu-isu terkini, dan pencapaian hidup, menciptakan kebersamaan yang penuh makna dan mempererat hubungan di antara mereka.
Kebersamaan mereka tidak hanya melibatkan diri mereka sendiri, tetapi juga keluarga mereka. Dalam beberapa kesempatan, anggota CMM mengadakan acara keluarga bersama, memperkenalkan anak-anak mereka pada nilai-nilai persahabatan yang telah mereka bangun.
Dalam dunia yang semakin sibuk dan penuh tekanan, CMM adalah oasis yang menawarkan kehangatan dan ketulusan. Di tengah masyarakat yang sering kali terlalu sibuk dengan media sosial dan ambisi pribadi, CMM menjadi pengingat bahwa hubungan manusia yang sejati tidak dapat digantikan oleh teknologi.
Mereka menunjukkan bahwa persahabatan adalah tentang hadir secara nyata, bukan hanya di layar ponsel. Kebersamaan mereka adalah bukti bahwa kita tidak pernah terlalu tua untuk tertawa, bercanda, dan merayakan hidup bersama teman-teman lama.
Lingkaran ini juga menjadi saksi perjalanan hidup masing-masing anggota. Mereka telah melalui berbagai fase hidup, dari masa kuliah yang penuh semangat, perjuangan mencari pekerjaan, hingga kini menghadapi tantangan menjadi orang tua.
Setiap fase memiliki cerita unik, dan CMM menjadi tempat untuk berbagi cerita-cerita tersebut. Di sini, mereka tidak perlu berpura-pura menjadi siapa-siapa. Mereka hanya perlu menjadi diri sendiri.
CMM adalah potret indah tentang bagaimana persahabatan dapat bertahan melintasi waktu. Di tengah tekanan hidup dan perubahan zaman, komunitas ini menunjukkan bahwa kebahagiaan sederhana dapat ditemukan dalam gelak tawa bersama teman-teman lama.
Dalam setiap pertemuan mereka, ada kehangatan yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Mungkin itulah mengapa mereka terus berkumpul, meski usia mereka tak lagi muda. Karena di dalam CMM, mereka selalu merasa muda kembali.
Pada akhirnya, Civitas Muda Mataram adalah tentang merawat kebersamaan dengan menertawakan masa lalu. Dalam lingkaran ini, tidak ada ruang untuk kesedihan yang berlarut-larut.
Semua masalah hidup seolah menjadi ringan ketika diceritakan di antara teman-teman yang selalu siap mendengar dan tertawa bersama. Mereka mengajarkan bahwa hidup, meski penuh dengan tantangan, akan selalu terasa lebih indah jika dijalani dengan persahabatan yang tulus.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI