Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Konsultan - Penikmat Kopi

Saat ini mengabdi pada desa. Kopi satu-satunya hal yang selalu menarik perhatiannya...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ramadhan, Libur Sekolah, dan Makan Bergizi Gratis untuk Anak Rentan

9 Januari 2025   22:36 Diperbarui: 9 Januari 2025   22:36 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan Ramadhan dan libur sekolah memang masih beberapa bulan lagi, tetapi persiapan program Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk menyambut dua momen ini tidak bisa dianggap remeh. Seperti kata pepatah dari Bima, “tiba masa tiba akal,” yang bermakna melakukan sesuatu secara tergesa-gesa tanpa perencanaan matang kerap membawa hasil kurang optimal.

Karenanya, Pemerintah dan masyarakat perlu bersinergi sejak awal guna memastikan program ini memberikan dampak nyata, terutama bagi kelompok rentan, sehingga upaya bersama dapat menciptakan manfaat berkelanjutan yang menjawab kebutuhan mereka secara efektif dan inklusif.

Program MBG, diluncurkan 6 Januari 2025 dengan anggaran Rp71 triliun, menyasar balita, anak sekolah, ibu hamil, dan menyusui di 190 lokasi di 26 provinsi. Hingga Maret, ditargetkan menjangkau tiga juta penerima, meningkat menjadi 15 juta pada akhir tahun (Kompas.com, 05/01/2025).

Momentum Ramadhan, yang tahun ini jatuh pada bulan Maret, memberikan peluang memperluas jangkauan program ini. Selama libur sekolah di bulan suci (walaupun masih dalam kajian pemerintah), masyarakat desa dapat diajak membentuk komunitas makan bergizi bersama anak-anak. Tradisi Ramadhan yang sarat dengan semangat berbagi bisa menjadi landasan kuat mendukung keberlanjutan program ini.

Dalam pelaksanaannya, program MBG di desa-desa disesuaikan dengan kebiasaan masyarakat setempat. Sebagai contoh, menu berbuka puasa yang sehat dan bergizi disediakan khusus untuk anak-anak dan kelompok rentan lainnya.

Partisipasi orang tua dan komunitas dalam menyediakan serta mendistribusikan makanan meningkatkan rasa memiliki terhadap program ini. Selain itu, edukasi tentang pentingnya gizi seimbang selama berpuasa juga bisa disisipkan dalam berbagai kegiatan masyarakat.

Keterlibatan masyarakat lokal memperkuat program sosial dan perekonomian desa. Melibatkan UMKM, koperasi, dan BUMDes dalam rantai pasok makanan bergizi menggerakkan ekonomi. Arifin (2022) menyebut pemberdayaan ekonomi lokal meningkatkan daya tahan desa terhadap tekanan eksternal.

Pemerintah perlu memastikan bahwa setiap mitra penyedia makanan telah melalui proses verifikasi yang ketat. Kualitas dan keamanan makanan menjadi prioritas utama dalam menjaga kepercayaan masyarakat. Sistem pendaftaran satu pintu yang dikelola Badan Gizi Nasional (BGN) menjadi langkah strategis guna memastikan bahwa hanya penyedia makanan yang memenuhi standar tinggi yang terlibat.

Keberhasilan program MBG selama Ramadhan juga bergantung pada komunikasi yang efektif antara pemerintah, masyarakat, dan mitra lokal. Sosialisasi yang menyeluruh tentang tujuan, mekanisme, dan manfaat program ini harus dilakukan secara intensif. Dengan pendekatan yang tepat, masyarakat tidak hanya menjadi penerima manfaat, tetapi juga aktor utama yang mendorong keberlanjutan program.

Selain itu, libur sekolah selama Ramadhan dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kegiatan berbasis komunitas yang melibatkan anak-anak. Misalnya, memasak bersama atau belajar tentang pola makan sehat melalui permainan edukatif. Pendekatan ini tidak hanya memberikan manfaat gizi, tetapi juga mempererat ikatan sosial di tengah masyarakat.

Dalam buku “Nutrition in Developing Countries” (Gillespie & Haddad, 2018), disebutkan bahwa intervensi gizi yang melibatkan komunitas secara aktif memiliki peluang keberhasilan yang lebih tinggi dibandingkan pendekatan top-down. Prinsip ini relevan dengan pelaksanaan MBG, di mana keterlibatan langsung masyarakat dapat memastikan program ini berjalan sesuai kebutuhan lokal.

Momentum Ramadhan juga menjadi waktu yang tepat memperkuat solidaritas sosial. Tradisi berbagi selama bulan suci dapat dimanfaatkan untuk menggalang dukungan dari berbagai pihak, termasuk organisasi keagamaan dan kelompok masyarakat sipil. Dengan dukungan yang luas, program MBG dapat menjangkau lebih banyak penerima manfaat dan memberikan dampak yang lebih besar.

Namun, ada beberapa tantangan yang perlu diantisipasi. Salah satunya adalah memastikan distribusi makanan berjalan lancar di wilayah-wilayah terpencil. Infrastruktur yang terbatas sering menjadi kendala utama menjangkau kelompok yang paling membutuhkan. Pemerintah perlu bekerja sama dengan pihak swasta dan masyarakat mengatasi hambatan logistik ini.

Selain itu, edukasi tentang pentingnya gizi seimbang harus terus digalakkan, terutama di kalangan orang tua. Pemahaman yang baik, akan membantu memastikan bahwa manfaat program ini berlanjut bahkan setelah periode intervensi selesai. Dalam jurnal “Public Health Nutrition” (FAO, 2021), disebutkan bahwa keberlanjutan program gizi sangat bergantung pada perubahan perilaku masyarakat dalam jangka panjang.

Program MBG juga memiliki potensi menjadi model bagi intervensi serupa di masa depan. Dengan evaluasi yang terus-menerus, pemerintah dapat mengidentifikasi praktik terbaik dan tantangan utama dalam pelaksanaan program ini. Hasil evaluasi tersebut dapat digunakan memperbaiki program di tahun-tahun mendatang.

Pada akhirnya, keberhasilan MBG selama Ramadhan dan libur sekolah tidak hanya diukur dari jumlah penerima manfaat, tetapi juga dari dampak jangka panjang yang dihasilkan. Dengan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan mitra lokal, program ini dapat menjadi langkah nyata menuju Indonesia yang lebih sehat dan sejahtera.

Persiapan yang matang, pelibatan aktif masyarakat, dan komitmen kuat dari semua pihak adalah kunci memastikan bahwa program MBG benar-benar memberikan manfaat yang signifikan. Ramadhan dan libur sekolah tahun ini bisa menjadi momentum berharga membangun budaya makan bergizi yang berkelanjutan di tengah masyarakat.

Dengan semangat gotong-royong dan rasa memiliki yang kuat, program MBG tidak hanya akan meningkatkan kualitas gizi masyarakat, tetapi juga memperkuat ikatan sosial di tingkat desa. Ini adalah langkah kecil menuju cita-cita besar: Indonesia yang bebas dari kelaparan dan kekurangan gizi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun