Kurangnya fasilitas juga menjadi hambatan. Banyak PAUD di desa beroperasi di bangunan sederhana, bahkan ada yang menumpang di balai desa. Kondisi ini jauh dari standar nasional pendidikan. Namun, berbagai inisiatif muncul untuk mengatasinya. Salah satunya adalah program kemitraan antara pemerintah dan sektor swasta untuk membangun infrastruktur pendidikan.
Selain itu, kurikulum PAUD juga perlu disesuaikan. Pendekatan tematik berbasis lokal menjadi salah satu solusi. Anak-anak di desa perlu mengenal potensi daerah mereka, seperti pertanian, peternakan, atau kerajinan. Pendekatan ini tidak hanya mendidik, tetapi juga memberdayakan.
Kisah sukses PAUD di Desa Munduk, Bali, bisa menjadi inspirasi. Dengan mengintegrasikan kurikulum berbasis lingkungan, PAUD ini berhasil mencetak anak-anak yang sadar lingkungan sejak dini (Yuliawati, 2021). Mereka belajar menanam pohon, mengelola sampah, dan memahami pentingnya pelestarian alam.
Tentu, upaya ini membutuhkan dukungan. Pemerintah, swasta, dan masyarakat harus bergandengan tangan. Kebijakan yang berpihak pada desa harus terus diperkuat. Dalam konteks ini, alokasi anggaran pendidikan yang lebih besar untuk desa menjadi krusial.
PAUD di desa adalah investasi jangka panjang. Ia menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakar pada nilai-nilai lokal. Dengan memilih PAUD di desa, kita sedang membangun masa depan Indonesia yang lebih inklusif dan berkeadilan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H