Saya yang dari tadi asyik ngemil ikut mencoba menjawab. "Doa waktu hujan, ya? Katanya kan doa saat hujan turun itu mustajab."
"Bukan juga," balas PLD, kali ini dengan ekspresi penuh kemenangan. "Masih ada yang mau coba?"
Kami berdua menggeleng, menyerah. "Ya udah, kasih tau aja jawabannya!" seru PD penasaran.
"Jawabannya adalah..." PLD sengaja memberi jeda dramatis. "Doa makan. Kan habis doa langsung makan!"
Hening beberapa detik sebelum tawa kami pecah bersamaan. Saya bahkan sampai terbatuk karena sedang mengunyah keripik.
"Wah, itu sih bener-bener instan, ya!" kata PD sambil tertawa terpingkal-pingkal. "Doanya nggak pakai antre langsung cair!"
Saya tertawa sampai keluar air mata. "Aduh, kok nggak kepikiran sih. Pantesan tadi kamu senyum-senyum penuh keyakinan."
Obrolan terus berlanjut, dari membahas tebak-tebakan itu hingga cerita lucu lainnya. Bahkan ketika peserta musdes mulai berdatangan, kami masih menyisipkan candaan ringan untuk mencairkan suasana.
Saat musdes akhirnya dimulai, saya menoleh ke PLD dan PD. "Tebak-tebakan tadi harus kita catat sebagai teknik ice-breaking buat musdes-musdes lain. Siapa tahu peserta langsung semangat."
PLD tertawa kecil sambil mengangguk. "Siap, kapan pun ada musdes yang tegang, aku bakal andalkan doa makan!"
Pagi yang gerimis itu, dengan segala kekakuan awalnya, berubah jadi penuh tawa. Kadang, hal-hal sederhana seperti tebak-tebakan bisa mengubah suasana pendampingan menjadi lebih ringan dan menyenangkan.