Selain itu, masyarakat desa perlu belajar untuk tidak memperkeruh konflik. Budaya gotong royong dan semangat kekeluargaan harus terus dipupuk. Sebab, konflik tidak akan pernah selesai jika masyarakat lebih suka menjadi penonton atau penyulut api.
Dalam kisah Putri Mandalika, para pangeran akhirnya menyadari bahwa persatuan lebih penting daripada ambisi pribadi mereka. Kesadaran ini hanya muncul ketika mereka melihat keberanian Putri Mandalika.
Pemerintah juga memiliki peran besar dalam mendukung pengelolaan konflik di desa. Pendampingan dari tenaga profesional, seperti Tenaga Pendamping Desa, sangat penting untuk membantu masyarakat memahami akar konflik dan mencari solusi bersama. Mereka bisa menjadi jembatan antara masyarakat dan pemimpin desa, memastikan komunikasi berjalan efektif.
Belajar dari Putri Mandalika adalah belajar tentang cinta. Cinta pada harmoni, cinta pada kedamaian, dan cinta pada desa. Konflik memang tak bisa dihindari, tetapi bisa dikelola. Jika setiap individu di desa memahami arti pengorbanan demi kepentingan bersama, harmoni akan lebih mudah tercipta.
Putri Mandalika mungkin hanyalah sebuah legenda, tetapi nilai-nilai yang ia tinggalkan sangat nyata. Dalam setiap langkah pembangunan desa, nilai-nilai ini harus dihidupkan kembali. Sebab, desa yang damai adalah desa yang tumbuh bersama, tanpa meninggalkan siapa pun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H