Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Konsultan - Penikmat Kopi

Saat ini mengabdi pada desa. Kopi satu-satunya hal yang selalu menarik perhatiannya...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mereplikasi Mekele sebagai Model Pendampingan Masyarakat Sasak Lombok

6 Desember 2024   08:24 Diperbarui: 6 Desember 2024   17:16 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mekele dalam tradisi Masyarakat Sasak Lombok (Sumber: foto dokumentasi pribadi)

Dengan demikian, pendekatan ini dapat diterapkan pada masyarakat dengan tingkat pendidikan atau pengalaman yang beragam. Selain itu, nilai-nilai mekele memungkinkan masyarakat lebih cepat beradaptasi terhadap perubahan atau tantangan yang muncul selama proses pendampingan.

Untuk mereplikasi mekele sebagai model pendampingan, ada beberapa tantangan yang perlu diantisipasi. Pertama, meskipun nilai-nilai gotong royong masih hidup dalam tradisi Sasak, modernisasi dan individualisme dapat melemahkan semangat kolektivitas ini. Karenanya, pendamping perlu melakukan revitalisasi nilai-nilai lokal melalui pendidikan dan pelibatan aktif masyarakat.

Kedua, ada risiko terjadinya ketimpangan kontribusi dalam pelaksanaan mekele, di mana beberapa individu mungkin merasa terbebani lebih dari yang lain. Untuk mengatasi hal ini, pendamping perlu memastikan pembagian peran yang adil dan transparan serta mendorong komunikasi yang konstruktif di antara para peserta.

Selain itu, pendekatan ini juga harus dilengkapi dengan upaya dokumentasi dan evaluasi yang baik. Pendamping perlu mencatat proses pelaksanaan mekele untuk mengidentifikasi apa yang berhasil dan apa yang perlu diperbaiki.

Evaluasi ini tidak hanya membantu dalam meningkatkan efektivitas pendekatan, tetapi juga menjadi bahan pembelajaran bagi masyarakat untuk terus meningkatkan kapasitas mereka dalam kerja kolektif.

Mereplikasi mekele sebagai model pendampingan masyarakat Sasak bukan hanya tentang memanfaatkan tradisi lokal sebagai alat pemberdayaan, tetapi juga tentang melestarikan warisan budaya yang menjadi identitas komunitas tersebut.

Dengan menjadikan mekele sebagai pendekatan utama, pendampingan masyarakat tidak hanya berorientasi pada hasil material, tetapi juga pada penguatan nilai-nilai sosial yang mendasari kehidupan bermasyarakat.

Dalam konteks yang lebih luas, model mekele juga dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat lain di Indonesia, yang kaya akan tradisi gotong royong. Pendekatan ini menunjukkan bahwa pemberdayaan tidak selalu harus mengadopsi model dari luar, tetapi justru dapat berkembang dari dalam, dengan memanfaatkan kekayaan budaya lokal.

Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat bukan hanya tentang membangun secara fisik, tetapi juga membangun rasa kebersamaan, keadilan, dan tanggung jawab bersama---nilai-nilai yang sangat dibutuhkan dalam menciptakan masyarakat yang berdaya dan berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun