Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Konsultan - Penikmat Kopi

Saat ini mengabdi pada desa. Kopi satu-satunya hal yang selalu menarik perhatiannya...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mendorong Kemandirian Janda Melalui SDGs Desa

2 November 2024   16:13 Diperbarui: 4 November 2024   09:21 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber: www.pexels.com)

Mendorong kemandirian para janda di Lombok melalui SDGs Desa adalah langkah strategis memberdayakan mereka secara berkelanjutan. Desa sebagai unit pemerintahan terkecil memiliki peran yang sangat penting dalam mengimplementasikan program-program yang berfokus pada pemberdayaan sosial dan ekonomi. Dana Desa dapat dimanfaatkan dalam rangka mendukung program yang berkelanjutan bagi para janda, yang dirancang secara khusus agar mereka bisa mengembangkan keterampilan serta memanfaatkan potensi lokal guna menciptakan lapangan pekerjaan. Dengan demikian, mereka tidak lagi hanya menjadi penerima bantuan, tetapi juga berperan aktif sebagai agen perubahan dalam masyarakat.

Untuk mengatasi masalah ini secara menyeluruh, keterlibatan seluruh pihak mulai dari pemerintah desa, komunitas, hingga organisasi masyarakat sipil sangat dibutuhkan. Setiap elemen harus memiliki komitmen mewujudkan tujuan-tujuan SDGs Desa yang berfokus pada pemberdayaan perempuan. Pemerintah desa, sebagai pelaksana langsung, memiliki peran penting dalam merancang dan mengelola program-program pemberdayaan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, khususnya bagi kelompok perempuan yang rentan. Melalui partisipasi dan dukungan aktif dari masyarakat, perubahan yang diinginkan dapat terwujud secara bertahap namun signifikan.

Sebagai langkah awal, pemerintah desa perlu merumuskan kebijakan yang mengutamakan pemberdayaan janda melalui pendidikan, pelatihan, dan bantuan modal usaha yang memadai. Dukungan ini bukan hanya bersifat ekonomi, tetapi juga mencakup aspek sosial dan psikologis. Dengan memberikan ruang bagi para janda untuk berperan aktif dalam pembangunan desa, mereka akan merasakan keterlibatan langsung dalam perubahan sosial di lingkungannya.

Pada akhirnya, pendekatan SDGs Desa memberikan solusi yang jauh lebih berkelanjutan dibandingkan dengan pendekatan yang hanya berfokus pada praktik poligami. Ketika perempuan yang kehilangan pasangan memiliki kesempatan untuk mandiri secara finansial dan memiliki keterampilan menghidupi diri sendiri, mereka akan menjadi bagian dari masyarakat yang lebih kuat dan resilient. Program-program pemberdayaan berbasis SDGs Desa tidak hanya memberi mereka akses kepada sumber daya, tetapi juga memberdayakan mereka berdiri tegak sebagai individu yang berharga dalam masyarakatnya. Inilah saatnya bagi Lombok mengubah cara pandang terhadap janda, menjadikan mereka bagian integral dari pembangunan masyarakat yang sejahtera dan berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun