Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Konsultan - Penikmat Kopi

Saat ini mengabdi pada desa. Kopi satu-satunya hal yang selalu menarik perhatiannya...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Eh, Ngapain Jadi Pendamping Desa? Takut Nganggur ya

29 Oktober 2024   00:19 Diperbarui: 31 Oktober 2024   16:45 754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semua memiliki titik anjak (sumber: dokpri)

Pengalaman menjadi Pendamping Desa memberi saya banyak pelajaran tentang kesederhanaan dan keteguhan dalam menghadapi berbagai tantangan. Saya tahu banyak yang menganggap profesi ini sebagai “pekerjaan asal ada,” tapi bagi saya.

Di sinilah saya belajar menghargai kerja keras, memahami apa yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat, dan bagaimana cara menjembatani impian masyarakat dengan kebijakan yang ada. Kami, Pendamping Desa, tak hanya bertugas membangun jalan atau gedung, tetapi juga memperkuat jiwa dan semangat warga desa, mengajarkan pentingnya pendidikan, kesehatan, dan saling menghargai.

Di beberapa desa, kami turut membantu mengupayakan impian "Desa Tanpa Kelaparan," salah satu tujuan SDGs yang tampaknya sederhana tetapi penuh tantangan.

Melalui dukungan dan perencanaan yang matang, desa bisa mengoptimalkan sumber daya lokal guna menciptakan kemandirian pangan. Tugas kami adalah memastikan bahwa warga tidak hanya mendapat bantuan, tetapi juga memiliki keterampilan dan pengetahuan mempertahankan kemandirian itu dalam jangka panjang.

Saya percaya, pemuda desa adalah kunci mencapai tujuan ini. Mereka memiliki energi dan keterampilan, serta kesadaran akan masa depan desa yang lebih baik.

Setiap Hari Sumpah Pemuda, saya teringat kembali pada semangat para pendahulu yang ingin menjadikan Indonesia lebih maju dan mandiri. Semangat yang mereka tanamkan, tidak hanya mencari pengakuan tetapi benar-benar berkarya untuk negeri, adalah sesuatu yang coba saya bawa dalam kehidupan sehari-hari. Usia saya mungkin tak lagi muda, tapi semangat belajar, berkontribusi, dan memberikan makna tetap menyala. Saya berharap semakin banyak pemuda yang tidak hanya melihat desa sebagai tempat tinggal sementara, tetapi sebagai bagian penting dari masa depan mereka. Desa bukan sekadar latar belakang atau tempat singgah, tetapi bagian dari peradaban yang harus kita bangun bersama.

Menjadi Pendamping Desa bukanlah sekadar mencari nafkah, ini adalah bentuk panggilan hati mengabdi, menciptakan perubahan, dan menjadi bagian dari sejarah dalam membangun Indonesia dari akar rumput. Jika kita percaya bahwa masa depan Indonesia dapat dimulai dari desa, suatu saat nanti kita akan melihat bangsa ini menjadi lebih mandiri, adil, dan sejahtera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun