Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Konsultan - Penikmat Kopi

Saat ini mengabdi pada desa. Kopi satu-satunya hal yang selalu menarik perhatiannya...

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Cahaya di Lingkar Kabut (7)

22 Oktober 2024   11:48 Diperbarui: 22 Oktober 2024   12:03 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Maksudmu, dia akan berbohong lagi?"

"Bukan berbohong. Dia akan berkata benar, tapi setengah. Dia akan membenarkan sebagian tuduhan terhadapmu, tetapi tidak akan mengungkapkan konspirasi besar di balik semua ini."

Hendra merasa dunianya mulai runtuh. Semuanya terasa seperti jebakan yang semakin rapat mengepungnya. Bagaimana bisa dia melawan kekuatan sebesar itu? Para jenderal, menteri, dan aparat hukum yang bersekongkol? Burhan benar, ini bukan lagi tentang benar atau salah. Ini tentang kuasa dan kendali.

Tapi Hendra bukan orang yang mudah menyerah. "Ada cara untuk membuktikan kebenarannya," katanya, suaranya lirih tapi penuh tekad.

Burhan menatapnya, seolah tahu apa yang dipikirkan Hendra. "Kau ingin pakai metode yang diajarkan Zaki, ya?"

Hendra mengangguk. "Aku akan membuktikan kalau video itu palsu. Dengan bantuan saksi kunci atau tidak, kebenaran harus muncul."

Namun, di balik keyakinannya, Hendra tahu bahwa langkah ini penuh risiko. Sekarang dia bukan hanya menghadapi Arman, tetapi kekuatan yang jauh lebih besar. Dan kalaupun dia berhasil membuktikan bahwa video itu palsu, apakah dia benar-benar bisa mengungkap konspirasi di baliknya?

"Bagaimana kau akan melakukannya?" tanya Burhan, suaranya agak ragu.

"Handphone yang kau selundupkan... aku sudah menghubungi beberapa teman Zaki. Mereka sedang mempersiapkan bukti visual yang bisa mematahkan tuduhan itu. Kalau semua berjalan lancar, aku bisa mendapatkannya sebelum persidangan dimulai," jawab Hendra dengan tenang.

Namun, ada ketukan keras di pintu selnya beberapa saat kemudian. Seorang sipir masuk dan mengumumkan bahwa Hendra akan segera dipindahkan lagi---tanpa alasan jelas. Burhan menatap Hendra dengan cemas, mengetahui bahwa pemindahan ini tidak normal.

"Kau harus cepat, Ndra. Waktu kita sudah hampir habis," kata Burhan sebelum mereka berpisah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun