Sepertinya sebagian besar pendamping desa pernah merasakan momen-momen 'epik' saat disalah-salahin oleh oknum inspektorat. Dibilang tidak profesional lah, perencanaan desa amburadul karena pendamping kurang sigap lah, dan tuduhan-tuduhan seru lainnya.
Padahal, kita udah jungkir balik, banting tulang, bahkan mungkin ngopi sambil rapat desa tengah malam, tapi ya tetap aja kita yang kena semprit. Ada-ada aja, kan? Udah biasa, bro! Tapi, di balik itu semua, sebagai pendamping desa, kita tahu bahwa pekerjaan kita bukan sekadar soal mengawasi atau menyelesaikan semua masalah desa. Tetap santai, tetap profesional.
Jadi, begini ceritanya. Kita lagi asyik mendampingi desa, bantu-bantu kepala desa dan perangkatnya biar perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pembangunan desa rapi jali. Tiba-tiba, datanglah oknum Inspektorat. Eh, alih-alih diskusi asyik, malah langsung nyalahin. Katanya, karena kita enggak profesional, desa jadi kacau balau. Hmm... santai, bro! Jangan keburu baper. Di sini ada tips buat kita semua menghadapi oknum inspektorat yang ngeyel.
Ingat: Tugasmu Bukan Tukang Sulap, Bro!
Oknum Inspektorat kadang lupa kalau kita bukan Tukang Sulap yang tinggal jentikkan jari, terus semua dokumen desa tiba-tiba selesai, tertata rapi, langsung masuk ke sistem. Tugasmu itu fasilitator alias bantu-bantu.
Pendamping itu kayak asisten chef, bukan chef utamanya. Yang masak ya tetap chef-nya: kepala desa dan perangkatnya. Jadi, kalau ada masalah di dapur, enggak bisa dong cuma nyalahin asisten.
Kalimat ampuh: “Maaf Pak/Bu, kami kan cuma mendampingi, ibarat kata nih, saya cuma asisten chef, yang pegang panci kepala desa.”
Siapkan Bukti: DRPmu Jangan Sampai Ketelen Kucing!
Sebelum oknum inspektorat datang nyari-nyari kesalahan, kita harus sudah siap dengan jurus DRP Sakti! Siapin laporan kegiatan pendampingan (DRP) yang udah kita kerjakan. Fasilitasi Musdes? Cek.
Pendampingan RPJMDes, RKPDes, APBDes? Cek. Semua catat! Jangan lupa, foto-fotoan biar enggak cuma katanya. Biar pas mereka mulai ngeyel, kita tinggal sodorin DRP. Jleb!
Kalimat ampuh: “Ini loh Pak, dokumen lengkap dari hasil pendampingan kami. Semua udah saya fasilitasi, tapi eksekusi ya tetap hak prerogatif kepala desa.”
Adu Argumen? Santai Sambil Ngopi
Pas mereka mulai nyalahin, ambil napas dalam-dalam. Jangan langsung ngegas. Hadapi dengan santai, kayak lagi ngopi di warung. Ingat, kita pakai pendekatan chill tapi logis. Jelasin pelan-pelan kalau tugas pendamping itu memang bukan pengendali penuh. Kalau desa lambat, ya bisa jadi karena perangkatnya butuh waktu lebih, bukan karena pendampingnya.
Kalimat ampuh: “Saya rasa Pak/Bu, kita semua setuju ya kalau peran kami di sini mendampingi, bukan nyetir langsung. Kalau ada yang lambat, mungkin perangkatnya lagi nyari remnya!”
Kompak Sama Kepala Desa: Jangan Jadi Kambing Hitam
Jangan sampai kita dijadiin kambing hitam terus-terusan. Pastikan udah kompak sama kepala desa dan perangkat desa. Biar nanti kalau ada masalah, kalian bisa sama-sama klarifikasi. Jadi, oknum inspektorat enggak bisa seenaknya main tuduh. Mungkin kepala desa juga lagi belajar, kan? Semua butuh proses, bro!
Kalimat ampuh: “Biar fair, gimana kalau kita ngobrol bareng sama kepala desa juga, Pak/Bu? Supaya jelas di mana kendalanya.”
Tawarkan Solusi Kayak Sales Kosmetik
Pas oknum mulai cerewet soal keterlambatan dokumen atau pelaporan, langsung aja tawarin solusi dengan gaya sales kosmetik. “Ini loh Pak/Bu, produk terbaru: pelatihan perangkat desa biar makin kinclong dalam urusan perencanaan dan pelaporan!” Kalau dikasih solusi, mereka pasti bakal lebih adem.
Kalimat ampuh: “Gimana kalau kita buat pelatihan bareng buat perangkat desa, Pak/Bu? Biar next time enggak ada masalah lagi!”
Hindari Drama: Jangan Emosi, Nanti Muka Lo Makin Kinclong
Yang penting nih, jangan sampai kebawa emosi. Jangan main drama kayak sinetron. Tenang aja, karena semakin kita tenang, semakin sulit mereka nyari kesalahan. Kalau marah-marah, malah mereka punya alasan buat bilang, “Tuh kan, pendampingnya aja emosian!”
Kalimat ampuh: “Saya paham kekhawatiran Bapak/Ibu, kita semua di sini satu tim kok. Yuk, kita cari solusinya bareng-bareng.”
Kalau Semua Gagal, Siapkan Jurus Senyum
Kalau semua udah kita lakukan, tapi mereka masih aja ngeyel, jurus terakhir adalah Senyum Manis. Iya, beneran. Kadang senyum yang tulus bisa bikin orang lain enggak enak sendiri. Kalau mereka lihat kita masih sabar dan positif, lama-lama mereka pasti akan nyadar kalau kita enggak salah.
Kalimat ampuh: “Saya tetap senyum, Pak/Bu, meskipun kita beda pandangan. Yang penting kita cari jalan keluarnya bareng, ya!”
Intinya, jangan mau jadi bulan-bulanan oknum inspektorat kalau yakin udah melakukan pendampingan sesuai aturan. Tetap santai, profesional, tapi jangan lupa, senyum bisa jadi penyelamat!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI