Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Konsultan - Penikmat Kopi

Saat ini mengabdi pada desa. Kopi satu-satunya hal yang selalu menarik perhatiannya...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Adzkarul Mukminin: Warisan Wirid Penenang Jiwa

20 September 2024   13:34 Diperbarui: 25 September 2024   11:32 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.facebook.com/p/TGH-Musthafa-Umar-Abdul-Aziz-100068711231280/

TGH. Musthofa Umar Abdul Aziz, ulama besar asal Lombok, mewariskan spiritualitas mendalam melalui karyanya, Adzkar al-Mu'minin. Keistimewaan kitab ini tidak hanya terletak pada susunan doa dan dzikir yang indah dan mengalir, tetapi juga pada kemampuannya menyentuh kedalaman jiwa manusia, menjadikan manusia lebih dekat dengan Tuhannya. 

Dalam tradisi Islam, dzikir dan doa berperan menjadi sarana utama untuk mencapai ketenangan jiwa, mengingat Allah, dan merasakan kehadiran-Nya dalam setiap aspek kehidupan. Kitab ini merupakan bukti nyata bagaimana ajaran diwujudkan dalam bentuk yang praktis sekaligus spiritual.

"Dialog" Adzkar al-Mu'minin dengan Filsafat Islam

Filsafat Islam menekankan pada hubungan yang dalam antara manusia dan Tuhan, konsep yang dikenal sebagai tawhid, atau keesaan Allah. Dalam Adzkar al-Mu'minin, setiap dzikir dan doa berfokus pada satu aspek penting dari hubungan tersebut---pengingatan dan pengakuan terhadap keesaan Allah serta peran-Nya sebagai sumber segala sesuatu. Dzikir-dzikir ini mencerminkan prinsip-prinsip utama dalam filsafat Islam, yaitu bahwa dunia dan segala isinya adalah refleksi dari sifat-sifat Ilahi, dan tujuan utama kehidupan manusia adalah untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Kitab ini berfungsi sebagai sarana untuk mencapai ma'rifatullah (pengenalan Tuhan), salah satu tujuan tertinggi dalam filsafat tasawuf, cabang filsafat Islam yang mendalam tentang perjalanan spiritual dan penyucian jiwa. Penggunaan wirid dan doa dalam Adzkar al-Mu'minin tidak hanya bersifat ritualistik, tetapi juga meditasi kontemplatif yang menuntun seseorang untuk memahami keberadaan Tuhan dalam hidupnya. Sebagaimana dalam ajaran Sufi yang menekankan kesadaran akan kehadiran Ilahi dalam setiap tindakan, kitab ini menjadi medium bagi praktik spiritual yang mendalam.

Dzikir sebagai Refleksi Filsafat Keseharian

Dzikir, sebagaimana dipraktikkan dalam Adzkar al-Mu'minin, bukan hanya serangkaian kata-kata yang diulang, melainkan sebuah sarana untuk menghadirkan Tuhan dalam keseharian, dan ini mencerminkan filosofi kehidupan dalam Islam yang holistik. Dalam pemikiran Islam, setiap tindakan, dari yang kecil hingga yang besar, memiliki dimensi spiritual yang dapat menghubungkan manusia dengan Tuhan. Filosofi ini tercermin dalam kitab Adzkar al-Mu'minin, yang tidak hanya menyajikan doa untuk ritual keagamaan, tetapi juga doa-doa untuk kehidupan sehari-hari---mulai dari permintaan perlindungan hingga permohonan untuk keberkahan.

Hal ini mengingatkan pada filsafat fikih Islam yang selalu menekankan keseimbangan antara duniawi dan ukhrawi. Adzkar al-Mu'minin memberikan panduan praktis bagi umat Muslim dalam menjalani kehidupan dengan kesadaran spiritual, menyatu dengan apa yang digambarkan dalam filsafat tawhid: bahwa setiap hal, baik duniawi maupun spiritual, semuanya adalah bagian dari tatanan Ilahi yang lebih besar.

Pemikiran TGH. Musthofa Umar dan Relevansinya dalam Kehidupan Modern

Dalam konteks yang lebih luas, karya TGH. Musthofa Umar, terutama Adzkar al-Mu'minin, berfungsi sebagai jembatan antara tradisi dan kehidupan modern. Meskipun kitab ini lahir dari kehidupan pesantren yang sangat kental dengan tradisi keilmuan Islam klasik, pesan-pesan yang terkandung di dalamnya tetap relevan hingga kini. Ini mencerminkan salah satu prinsip filsafat Islam, yaitu bahwa kebenaran yang ditemukan melalui pengenalan Tuhan adalah universal dan melampaui batasan waktu serta tempat.

Banyak sekali contoh dalam sejarah Islam, di mana karya-karya ulama besar membawa pengaruh besar dalam kehidupan masyarakatnya, seperti halnya Ihya Ulum al-Din karya Imam al-Ghazali atau Futuhat al-Makkiyyah karya Ibn Arabi, yang meskipun lahir dari lingkungan yang sangat kontekstual dengan zamannya, tetap memberikan pencerahan spiritual yang tak lekang oleh waktu. Adzkar al-Mu'minin meskipun sederhana, menempuh jalan yang sama: menyampaikan hikmah yang tak terikat oleh batasan budaya maupun era, namun mampu terus hidup dalam hati orang-orang yang mengamalkannya.

Sebagai seorang ulama yang hidup dalam era modern, TGH. Musthofa Umar Abdul Aziz menghadapi berbagai tantangan dalam merespon kebutuhan umat. Melalui karya ini, beliau mampu menghubungkan realitas sehari-hari dengan dimensi spiritual, sebuah capaian yang sangat filosofis dalam pengertian Islam. Pemikiran beliau menekankan bahwa jalan menuju kebahagiaan sejati tidak bisa dipisahkan dari pendekatan spiritual yang intens, yang mencakup refleksi kontemplatif melalui dzikir dan doa.

Warisan Filsafat yang Abadi

Kitab Adzkar al-Mu'minin adalah bukti dari sebuah pemikiran filsafat yang aplikatif---memadukan antara teori dan praktik kehidupan Islami. Sebagaimana dalam filsafat Islam, dimana pengetahuan (ilm) dan tindakan (amal) harus seimbang, kitab ini juga mengajarkan bahwa dzikir dan doa tidak hanya menjadi ritual kosong, tetapi sebuah amal yang memiliki kedalaman makna ketika dipraktikkan dengan pemahaman. Dengan demikian, Adzkar al-Mu'minin bukan hanya sekadar warisan spiritual, tetapi juga cerminan dari pemikiran filsafat Islam yang selalu relevan dan hidup dalam kehidupan setiap Muslim yang menjalani ajaran Islam secara utuh.

Warisan TGH. Musthofa Umar ini, melalui kitab Adzkar al-Mu'minin, terus memberikan inspirasi bagi generasi setelahnya. Dalam konteks filsafat Islam, warisan ini memperkuat pandangan bahwa pengetahuan yang benar bukan hanya sesuatu yang dipelajari dari buku-buku filsafat berat, melainkan sesuatu yang bisa ditemukan dalam ritual keseharian yang sederhana tetapi penuh makna. Filsafat Islam selalu menekankan bahwa pengetahuan dan pengamalan spiritual adalah dua sisi dari mata uang yang sama---sebuah ajaran yang jelas terpancar dalam kitab kecil namun kaya ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun