Mohon tunggu...
IMRON SUPRIYADI
IMRON SUPRIYADI Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan Pengasuh Ponpes Rumah Tahfidz Rahmat Palembang

Jurnalis, Dosen UIN Raden Fatah Palembang, dan sekarang mengelola Pondok Pesantren Rumah Tahfidz Rahmat Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengubah Sakit Menjadi Nikmat

25 Mei 2023   22:37 Diperbarui: 25 Mei 2023   22:43 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Lalu di sebagian lain, diantara kita menyebut rasa sakit dengan laknat. Bukankah Tuhan Maha Pengampun? Betapa kejamnya Tuhan melakukan laknat terhadap mahluk ciptaan-Nya sendiri hanya lantaran kesalahan  yang sebenarnya kesalahan itu sendiri adalah bagian proses untuk mengantarkan mahluk-Nya menemukan kebenaran?

Apapun julukan kita terhadap rasa sakit, tetap saja akan menjadi indah ketika rasa sakit itu bukan dijadikan sebagai keluhan, penderitaan apalagi halangan untuk tetap kita berterima kasih atas semua "bonus gratis" dalam hidup, yang Tuhan sendiri memerintahkan kita hanya untuk "mengabdi" tak ada lain. 

Oleh sebab itu, tidak ada alasan untuk mengeluh, mengumpat apalagi menghujat terhadap rasa sakit. Sebab dengan rasa sakit, kita akan sangat paham betapa nikmatnya sehat. Dengan rasa sakit, kita makin banyak tahu tentang sakit-sakit lain, baik sakit fisik atau sakit jiaw, yang mungkin selama ini diderita oleh banyak orang, sementara kita memilih mentertawakannya. 

Dengan rasa sakit itu, Tuhan  sebenarnya sedang memanusiakan kita, agar kita tersadar kalau manusia memiliki kewajiban untuk merasakan rasa sakit. Selain itu, dengan rasa sakit, kita makin terlihat watak kemanusiaan kita, yang ternyata hanya bisa mengeluh saat ditimpa rasa sakit, dan akan tertawa, bahkan terjerumus dalam kelalaian saat kita sehat.

Maka nikmatilah rasa sakit itu, sehingga dengan sakit itu kita akan lebih memahami Tuhan sedang menyapa kita, meski sapaan itu dengan rasa sakit. Demikian pula, sore itu, ketika anak saya jatuh, sebenarnya bukan sedang melukai anak saya, tetapi sebaliknya, Tuhan sedang mengasihi anak saya, memaksa anak saya untuk lelap sebentar demi keberlangsungan tenaganya di esok hari.**

Palembang, 5 Agustus 2010

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun