Sebab, sebuah kemunkaran, tidak akan selesai dengan imbauan, ceramah melalui mimbar jumat dan pengaajian. Tetapi melakukan aksi yang sama seperti para pebisnis sinetron, juga bagian upaya dalam mengimbangi "kemunkaran televisi" dengan "kebaikan televisi". Kalau kita bisa bersatu menjadi besi untuk memukul mundur setiap lawan, kenapa kita harus menjadi "kerupuk" yang akan layu terkena air? Masalahnya kemudian, kenapa kita hanya sibuk dengan urusan kita masing-masing, tanpa berpikir bagaimana generasi kita kelak, kalau ternyata pendangkalan tauhid dan aqidah itu makin merajalela?(*)
Tanjung Enim, 27 Juni 2007
tulisan ini sudah tayang di laman blog pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H