Payung merah: hadiah orang tuamu
Payung merah melindungimu dari hujan godaan
angin bertiup kencang
sesekali melemparkan payungmu
Kau ambil lagi
tapi tubuh telah berlumur hujan
Di halte kau berteduh
banyak tukang asongan menjual keyakinan
tawar-menawar mengeraskan suaranya
keyakinan-keyakinan picis itu memutar di kepalamu
hujan marah
derasnya sungguh garang
hingga kau pusing
anganmu merindukan mentari cepat menyingsing
tukang asongan tahu anganmu dan berkata,
“ini adalah negeri hujan, beli lah minuman hangat ini”
lalu kau duduk melepas lemas
menikmati paksaan kedinginan
payung merah melepaskan diri dari genggaman tangan kanan
dari sisi kanan bayang menangkap payungmu
dia adalah teman lamamu
kau terkejut, dadamu mengejang
Tanpa salam dan sapa
kau langsung memeluknya erat
temanmu berbisik, “tak usah terkejut karena sebelum di halte ini
aku telah bersamamu”
Kau melepaskan seluruh pakaianmu yang basah
tubuhmu pasrah dalam dekapan tubuhnya
yang hangat