Seperti biasanya setelah lebaran
keluarga besarku berkumpul
kali ini arenanya di rumah paman
Rumah paman menaungi banyak burung
paman sangat suka mendengar nyanyian mereka
baginya itu obat murung
Banyak sangkar menjadi hiasan langit rumah
tidak hanya burung-burung
kami juga berkicau, mencoba ramah
atau entahlah
Paman, Ayah, Ibu, Bibi sampai Kakek dan nenek
ikut berkicau
mereka berebut sangkar emas burung Garuda
Di rumah paman ada berbagai macam burung yang berkicau
kecuali burung Garuda bersangkar emas
dia hanya diam
Paman mengaku sangkar itu miliknya,
“Garuda itu sudah aman dan nyaman di sini”
Ayah menjawab, "kamu sudah banyak burung di sini
kau urusi burung gereja itu
dia selalu menyanyi untukmu"
garuda masih diam
“Garuda bersedialah ke rumahku
jadilah hiasan langit surgaku, akan aku berikan makanan
yang lezat”, bujuk ayah dan ibu
Dengan berbagai cara ayah dan paman bersaing
paman menyembunyikan tangga
ayah memuja-muja
Garuda hanya diam
tak menghiraukan perdebatan
Garuda tak melihat ke bawah
tak melihat keadaan paman, tak melihat keadaan ayah
Kakek dan nenek hanya melihat
di kursi goyang nikmat
Kakek dan nenek beranjak, semua diam
“burung garuda dan sangkar itu milikku, aku wariskan ke kalian
untuk menjaganya bukan untuk menguasainya”
kakek dan nenek diam, diam dan diam
mereka meninggal
Semua berkicau