Adzan baru saja usai saat saya tiba di Masjid Al-Furqon, Komplek Harapan Indah, Bekasi. Saat masuk ke lingkungan masjid, saya melihat banyak jamaah berkerumun di dekat tempat wudhu. Saya pun singgah melihat-lihat apa yang menarik perhatian banyak jamaah.
Ternyata di situ ada meja minuman segar yang disediakan secara gratis. Ada beragam jenis minuman. Orang-orang bisa mengambilnya secara cuma-cuma. Persis yang dilakukan banyak pengelola masjid di bulan ramadhan. Di sudut lain, ada juga bapak-bapak yang sudah menunggu untuk membagikan roti gratis usai sholat Jum'at.
Bagi mereka yang datang dari desa-desa kecil seperti saya, fenomena seperti ini bukanlah hal biasa. Masjid-masjid di desa saya jangankan menyediakan minuman gratis, pembangunannya saja belum rampung.
Masjid Al-Furqon mengingatkan saya pada Musholla Olivia di Lombok yang terletak di jalan bypass Bandara Internasional Lombok (BIL). Musholla itu sangat unik sebab setiap hari menyediakan minum gratis seperti teh, kopi dan mie instan bagi para pengunjung.
Saya juga pernah berkunjung ke Masjid Jogokariyan di Yogyakarta. Masjid itu tak terlalu besar. Bentuknya juga biasa-biasa saja. Sepintas, tak ada yang spesial dari arsitektur bangunannya.
Tapi, betapa saya terkejut saat singgah sholat subuh di tempat itu. Jamaahnya sungguh ramai. Bahkan, orang-orang rela mengantri hanya untuk kebagian tempat sholat.
Mengapa? Bukankah masih banyak masjid lain di luar sana?
Saya mencatat beberapa masjid yang pernah membuat saya terkagum-kagum. Bukan karena arsitekturnya yang megah, permadani khas timur tengah yang empuk, atau sejumlah perabot mewah yang sengaja didatangkan dari luar negeri.
Daya tariknya terletak pada kesadaran pengelola masjid dan warga sekitar yang melihat masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai tempat membumikan sikap dan budi kepada sesama. Mereka tak sekadar menjadikan masjid sebagai medium peribadatan kepada Tuhan, tetapi juga kepada manusia-manusia sebagai ciptaan-Nya.
Di luar sana, betapa sering kita menyaksikan orang-orang berdebat atas nama agama. Kita selalu melihat betapa agama hanya sekadar bacaan saat ibadah, lalu lupa membumikannya dalam ladang kehidupan. Kita alpa untuk menjadikan agama sebagai pemberi rahmat bagi sekitar, lupa menjadikannya pupuk yang menggemburkan kehidupan.
Pada tempat-tempat seperti masjid Al-Furqon, kita selalu bisa menyerap hikmah. Pada tempat-tempat seperti ini, saya menemukan embun kebijaksanaan bahwa tempat ibadah, adalah tempat menularkan kebahagiaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H