Ia tipikal pemimpin yang terbuka. Suatu hari, sekelompok aktivis yang menentang kebijakan ekonomi pemerintah melakukan demonstrasi di depan istana. Saat itu, Gus Dur justru mengundang mereka ke dalam istana untuk menyampaikan pendapatnya.
Kato juga sempat mendampingi Gus Dur saat mengisi kuliah umum di Jepang. Setelah perkuliahan selesai, ia yang dijadwalkan untuk menghadiri acara yang lain segera menuju mobilnya. Melihat itu, para mahasiswa Indonesia yang belajar di Jepang menghampiri Gus Dur untuk memberi salam.Â
Meski panitia acara berusaha menghalangi, Gus Dur tetap berdiri dan berbicara dengan para mahasiswa itu. "Asalnya dari mana? Belajar apa di sini? Jepang bagaimana?" Demikian pertanyaan Gus Dur kepada mereka.
Sikap Mendasar Gusdur
Di antara sekian banyak pemimpin agama islam, Gus Dur adalah yang paling banyak diwawancarai Kato. Ia mencatat, ada tigal hal yang menjadi sikap mendasar dari tokoh yang satu ini. Pertama, ia selalu bersikap kritis kepada orang yang mempunyai kekuasaan, kedua memperlakukan agama islam sebagai urusan pribadi, dan ketiga mencari pola islam yang baru.
Tak hanya itu, Kato juga melihat Gus Dur sebagai sosok yang paling sering melontarkan lelucon. Dasar dari lelucon-leluconnya itu selalu saja berupa sindiran terhadap penguasa. Tak jarang, ia menjadikan Suharto dan Ibu Tien sebagai bahannya. Dari sana, Kato menyadari betapa Gus Dur memiliki jiwa pemberontakan terhadap kekuasaan yang besar. Dan itu sebenarnya menunjukkan keberpihakannya terhadap rakyat lemah.
Di akhir kisah, tak lupa Kato mengenang pertemuan terakhirnya dengan bapak pluralisme Indonesia itu. September 2009, Gus Dur tengah menjalani perawatan di rumah sakit. Kato yang berkunjung ke Jakarta dalam waktu terbatas, berusaha menyempatkan diri untuk melihat kondisi sahabatnya. Di sana, Gus Dur yang bangkit dari tempat tidur masih tampak sehat. Tak ada perubahan sedikitpun pada fisiknya.
"Gus kondisi anda apa sudah jauh membaik? Apa yang anda rasa?"
"Ini hanya komplikasi, tetapi sekarang sudah lebih baik" Jawabnya.
"Kalau begitu, kenapa anda tidak boleh pulang? Berapa lama lagi anda di opname?"
"Kira-kira tiga bulan lagi saya harus dirawat di sini" Kata Gus Dur.