Bahasa yang berkembang di masyarakat Dusun Bendorejo menggunakan dua tingkatan bahasa yaitu ngoko sebagai bahasa sehari-hari dan krama yang digunakan dalam berkomunikasi dengan orang tua atau orang yang dihormati.
Mereka mengenal semedi, puasa ngebleng (tidak makan tidak minum sama sekali), puasa mutih (hanya makan nasi putih dan air putih saja), yang biasa dilakukan oleh orang Jawa pada masa lalu. Berikut adalah beberapa contoh bahasa yang digunakan oleh masyarakat Ngadas: aku untuk laki-laki disebut reang, aku untuk perempuan disebut isun, kamu yang ditujukan untuk orang yang seumuran disebut sira, kamu yang ditujukan kepada orang yang lebih tua serta dihormati adalah rika, bapak/ayah disebut pak, Ibu disebut mak, kakek disebut mbah, kakak laki-laki disebut kang, kakak perempuan disebut yuk. Meskipun masyarakat Dusun Bendorejo memiliki bahasa yang khas yang tetapi sebagian besar dari mereka juga mengerti bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Sehingga ketika peneliti melakukan wawancara dengan mereka tidak menemui kendala untuk memahami bahasa mereka,
AgamaÂ
Masyarakat Bendorejo sebagian besar adalah beragama Islam hanaya sedikit yang beragama selain islam yaitu Kristen. Adapun kegiatan atau tradisi yang masyarakat lakukan yaitu untuk perempuan biasanya ada pengajian setiap hari sabtu dan jumat sedangkan untuk laki laki biasanya dilakukan pada hari minggu malam (Senenan). Untuk pelaksanannya bergiliran dari rumah warga ke rumah warga yang lain.