Setiap saat dengan mudah kita menemukan acara debat di televisi, pihak A mengklaim lebih benar dibandingkan pihak B, pihak Bb mengklaim lebih benar dari pihak A, sebenarnya siapa pemilik kebenaran sejati? TUHAN. Memperdebatkan sesuai dengan pola pikir yang mereka miliki, persepsi yang sengaja mereka bentuk. Debat adalah ajang adu intelektualitas, agar otak berpikir kritis, agar otak mampu mencari solusi dari berbagai macam alternatif yang ditawarkan, debat adalah kerja keras otak agar mampu menemukan titik tengah dari sebuah persoalan. Debat adalah adu argumen, berlogika, menganalisa dan berbeda pendapat.
Debat akan menjadi menjemukan ketika salah satu pihak tidak mendengarkan pihak lain, salah satu pihak merasa paling benar, salah satu pihak merasa lebih unggul dari pihak lain. Perdebatan bukan mempersoalkan siapa benar siapa salah, debat adalah perang pemikiran. Jika perdebatan untuk mencari kebenaran maka yang terjadi adalah saling klaim kebenaran.
Dunia ini menjadi berwarna karena banyak perbedaan, dunia ini menjadi semakin indah ketika keanekaragaman hidup dalam satu lokasi. kesamaan warna, kesamaan ide akan menjadi sangat membosankan. Debat akan menjadi hiburan yang menyenangkan jika masih dibumbui etika, dibumbui kesantunan, dibumbui keramahan. Debat akan menjadi bencana jika amarah mendominasi, nafsu angkara yang berkuasa. Debat adalah strategi persuasi untuk mempengaruhi orang lain, debat adalah penyamaan persepsi. Perdebatan yang masih berbasis etika lebih dingin tapi penuh adu argumen, sehingga bukan masalah siapa benar dan siapa salah tetapi inti perbedaan pendapat itu yang harus ditonjolkan sehingga orang lain yang akan menyimpulkan mana yang benar dan mana yang salah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H