Mohon tunggu...
Imron Mahmud
Imron Mahmud Mohon Tunggu... Guru - Muballigh dan guru

Seorang pengajar di pondok pesantren Hidayatullah Gresik sekaligus da'i kampung (mu'allim quro). Belajar menjadi seorang penulis bebas yang menuangkan ide, gagasan dan hikmah yang didapat melalui tulisan, diantaranya blog pribadi www.imron.me. Berharap apa yang ditulis bisa bermanfaat dan menginspirasi banyak orang untuk berbuat kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Lost Generation Pasca Pandemi Covid-19

25 Oktober 2020   16:04 Diperbarui: 25 Oktober 2020   16:26 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kulihat istriku uring-uringan. Mungkin ia kesal. tugas-tugas yang diberikan oleh sekolah untuk Syamil anakku benar-benar membuatnya uring-uringan. Bukan karena tugasnya yang susah, melainkan anaknya yang nggak mau mengerjakan tugas. Ngambek.

Aku nggak mau ikut-ikutan. Dan juga nggak mau ikut istriku uring-uringan. Aku paham apa yang dialami anakku Syamil yang sekarang duduk di kelas 4 SD. Dengan tugas yang begitu bejibun, ia dipaksa duduk mengerjakan tugas atau ‘ndoprok’ di depan komputer untuk mengikuti belajar online via Zoom sambil mendengarkan gurunya berceramah, nge’cuprus istilahnya.

Aku lihat anakku sering nggak nyaman dengan kondisi yang ada. Terkadang ia tampak tantrum, marah ngomeng nggak karuan. Ia stres. Semua itu dia ekspresikan dengan mengambek. Nggak mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya.

Betapa model pembelajaran di era pandemi seperti ini memunculkan dilema baru bagi banyak pihak. Bagi sekolah iya. Bagi orang tua iya. Bagi anak didik juga iya.

Belajar di rumah bagi anak-anak bukan lagi hal yang mengasyikkan. Kalau ternyata satu atau dua hari mungkin tidak masalah, asyik saja. Ini sudah lebih dari satu semester. Bahkan hampir satu tahun. Bosan dan membosankan.

Di rumah anak-anak bukannya bertambah baik. Tetapi malah kehilangan produktifitas. Waktu yang seharusnya digunakan untuk belajar, habis untuk bermain, nge-game, ke warnet, PS dan lain sebagainya.

Orang tua juga rupanya mulai kewalahan menemani anak-anaknya belajar di rumah. Ibu yang sudah capek mengurusi pekerjaan rumah harus pula menemani anak-anaknya belajar di rumah. Kaum bapak nggak usah ditanya :D Mereka lebih memilih sibuk bekerja dari pada menemani anak-anaknya belajar di rumah. Nggak semua seperti itu memang Karena juga waktu mereka bersama keluarga sangat terbatas di rumah.

Para pakar pendidikan dan juga para psikolog mulai mengkhawatirkan. Bila kondisi seperti ini terus berlanjut nggak ada kejelasan, maka akan mengakibatkan lost generation jilid dua. Lost generastion jilid satu katanya terjadi setelah perang dunia yang pertama. Lost Generation berikutnya terjadi setelah perang melawan Corona. Wallah a’lam. Semoga tidak seperti itu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun