Digitalisasi UMKM, antara Tantangan dan Keharusan

Saat ini, dari sekitar 64 juta total populasi UMKM, hanya terdapat 13% pelaku UMKM yang telah terhubung ke model jualan online. Sedangkan pemerintah telah menargetkan di tahun 2020 terdapat 10 juta pelaku UMKM sudah go digital.

Pelaku UMKM harus segera menyadari perubahan perilaku konsumen yang saat ini lebih banyak menghabiskan waktu dirumah akibat physical distancing. 

Untuk itu, pelaku UMKM harus mampu adaptasi cepat dengan menghubungkan jualannya ke ekosistem digital untuk dapat bertahan atau bahkan mendongkrak penjualan di tengah pandemi.

Namun demikian, melibatkan aktifitas UMKM agar go digital bukanlah perkara yang mudah. Selain karena populasi UMKM yang sudah teramat besar, kebanyakan dari mereka belum memiliki modal dasar tentang digital, alias Gaptek. Seperti halnya belum tahu cara mengkases internet, atau bahkan belum memiliki smartphone.

Untuk itu, perlu adanya edukasi yang lebih masif kepada pelaku UMKM mengenai tata cara berjualan secara online. Sebab, jika pelaku UMKM tetap berjualan seperti biasanya, tanpa inovasi dan transformasi bisnis, maka pelaku UMKM akan kesulitan untuk pulih dari krisis yang tengah melanda saat ini.

Jika pelaku UMKM sudah menghubungkan jualannya dengan online, selain mendapat keuntungan  finansial karena meningkatannya tingkat penjualan, social equality juga akan di dapat, yakni kesempatan bagi kaum perempuan untuk memperoleh pendapatan melalui jualan secara online.

Selain itu, pelaku UMKM akan dimudahkan untuk mengatasi permasalahan pasar, termasuk menjangkau target pasar yang lebih luas. Secara tidak langsung, target pasar yang luas juga akan meningkatkan jumlah transaksi dan omset dari setiap bisnis UMKM.

Diharapkan pelaku UMKM Indonesia dapat segera menerapkan teknologi digital dalam aktifitas jual belinya. Sehingga usaha pelaku UMKM dapat terus bertahan dan  bahkan semakin berdaya bersaing di kancah persaingan global.