Mohon tunggu...
Imroatul Apriliana
Imroatul Apriliana Mohon Tunggu... Mahasiswa - april

9

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Paradigma Sosiologi terhadap Kasus Viral YouTuber Baim Wong

24 Oktober 2021   23:56 Diperbarui: 25 Oktober 2021   00:26 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Terhitung sejak Minggu 10 Oktober 2021 lalu, konten YouTube Paula yang berjudul "Adiknya Kiano, Udah Pengen Cepet2 keluar.. Mamah Pau Langsung ke Rumah Sakit" viral di sosial media.

Pasalnya dalam video tersebut terekam potret Baim Wong saat memarahi seorang kakek yang diketahui bernama Suhud (70) dan menyebutnya mengemis hingga memperlihatkan momen ketika YouTuber kondang itu membagikan sejumlah uang kepada orang lain di depan sang kakek.

Tindakan Baim Wong disebut dinilai tidak sopan karena memarahi seorang kakek berusia 70 tahun yang mendekati dirinya dan diduga kakek tersebut menawarkan dagangannya. Baim yang saat itu sedang mengendarai sepeda motor besar bersama putranya, Kiano Tiger Wong, dalam perjalanan pulang ke rumah orang tuanya. Namun, ternyata Baim Wong diikuti seorang kakek yang mengendarai motor bebek berwarna hijau. Setibanya di depan gerbang rumah orang tuanya, Baim Wong kemudian menghampiri kakek tersebut dan menanyakan niatnya membuntuti dia.

Tak jelas alasan yang diucapkan sang kakek, tetapi terdengar Baim kemudian menegur kakek itu karena diduga meminta uang.

"Terus apa hubungannya ngejar-ngejar saya minta uang?" tegur Baim. Kakek tersebut menjelaskan bahwa dirinya adalah seorang pedagang dan ia meminta bantuan Baim Wong untuk membeli dagangannya. Tak sampai di situ saja Baim juga menyebutnya mengemis.

"Ngikut-ngikutin saya sampai berapa kilo tadi, ngapain? Jangan! Enggak ada ngemis-ngemis gitu," ucap Baim Wong. Mendengar ucapan Baim tersebut sang kakek hanya bisa terdiam sambil menghela nafas. Baim mengira dirinya minta-minta. Kesal dengan tindakan kakek tersebut Baim justru membandingkan sikap kakek itu dengan driver ojek online yang saat itu sedang berhenti disekitar rumah orang tuanya dan tak jauh dari tempat ia berdiri.

"Tuh kayak dia tuh, kerja. Pak sini Pak. Nih gini kerja, bukan ngemis. Tuh kasih uang karena kerja, kerja nih, kerja nih, kasih uang. Kasih duit, kerja kasih duit. Jangan ngemis," ucap Baim Wong.

Tindakan Baim Wong ini mendapat kritikan pedas dari warganet. Sikap Baim dinilai sangat berlebihan dan banyak yang kecewa atas perlakuannya terhadap sang kakek. Namun di lain sisi ada juga yang memaklumi sikap Baim tersebut. Mereka juda menyayangkan tindakan sang kakek yang menawarkan dagangan dengan mengikuti hingga berkilo-kilo meter. Lalu bagaimana tanggapan sosiologi mengenai kasus ini?

Berkaca dari kasus Baim Wong tersebut ada beberapa hal yang dapat dikaji berdasarkan sudut pandang sosiologi, yakni teori tindakan sosial dan teori konflik sosial. Dalam sosiologi tindakan sosial merupakan salah satu lingkup kajiannya. Sedangkan konflik sosial sendiri adalah fenomena di masyarakat yang menimbulkan pertentangan, dan biasanya hal ini terjadi karena perbedaan antar individu atau kelompok.

Teori Tindakan Sosial                                      

Tindakan sosial merupakan konsep yang paling sederhana dalam bidang sosiologi. Tindakan sosial adalah perilaku manusia yang bermakna subjektif. Konsep tindakan sosial ini telah diberikan definisi klasik oleh Max Weber. Menurut Weber, tindakan sosial berkaitan dengan interaksi sosial dimana sesuatu tidak akan dikatakan sebagai sebuah tindakan sosial jika individu tersebut tidak memiliki tujuan dalam melakukan tindakan tersebut. 

Teori tindakan sosial Weber berfokus pada motif dan tujuan pelaku. Dengan menggunakan teori ini maka kita dapat memahami setiap individu atau kelompok bahwa masing-masing mempunyai motif dan tujuan yang berbeda-beda dalam sebuah tindakan yang dilakukan. Berdasarkan ungkapan Weber, cara efektif untuk memahami berbagai kelompok yakni dengan menghargai bentuk-bentuk tipikal tindakan yang dilakukan.

Weber juga mengemukakan bahwa tindakan juga meliputi tindakan negatif seperti kegagalan ketika melakukan sesuatu. Selain itu Weber mengklasifikasikan tindakan ke dalam empat jenis yakni: 1) tindakan afektual atau emosi, tindakan sebagai akibat dari reaksi emosi aktor dalam situasi tertentu, 2) tindakan tradisional merupakan tindakan yang ditandai dengan kebiasaan yang turun-temurun, 3) rasionalitas nilai, tindakan yang didasarkan atas suatu nilai. Tindakan ini tidak memperhatikan kerugian semata-mata untuk mempertahankan kehormatan aktor dalam mencapai suatu nilai, 4) rasionalitas instrumental, tindakan pencapaian tujuan yang rasional dalam menggunakan beberapa usaha tertentu agar tercapainya suatu cita-cita.

Dari keempat klasifikasi tersebut maka dapat kita kaitkan dengan kasus Baim Wong untuk memahami motif dan tujuan dari para pelaku tindakan sosial. Tindakan rasionalitas nilai, yakni ketika Baim merasa harus melakukan kegiatan berbagi dan kepuasan atau senyuman penerima bantuan adalah bentuk rasionalitas instrumentalnya. Kemudian bentuk implementasi dari tindakan tradisional dalam kasus Baim Wong ini adalah kebiasannya yang dermawan selalu membagikan rezeki kepada setiap yang membutuhkan.

Namun sayangnya, dalam kasus ini Baim memperlihatkan kegagalannya dalam suatu tindakan sosial. Sikap Baim Wong yang menegur sang kakek di depan khalayak ramai dengan ekspresi yang mengerutkan keningnya dapat dikatakan sebagai tindakan afektual. Baim menunjukkan sikap kekesalnnya karena telah dibuntuti sang kakek. Dia menunjukkan sikap emosionalnya sebagai akibat dari suatu kondisi yang membuatnya bereaksi. Nah kemudian hal inilah yang dapat menimbulkan konflik sosial.

Teori Konflik Sosial

Teori konflik ini memandang bahwa sebuah perubahan sosial tidak akan terjadi apabila anggotanya menempuh penyesuaian nilai-nilai yang mengarah pada perubahan. Teori konflik muncul sebagai akibat dari reaksi atas tumbuhnya teori fungsionalisme struktural yang dianggap kurang memperhatikan fenomena konlfik sosial yang mana perlu mendapatkan perhatian. Teori ini bertujuan untuk menganalisis akar dari suatu kejadian dalam sebuah pelanggaran norma dan peraturan seseorang yang berperilaku menyimpang.

Perspektif sosiologi memandang masyarakat sebagai sebuah sistem yang terdiri atas komponen yang memiliki perbedaan kepentingan guna memenuhi kepentingan lain atau memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Konflik merupakan fenomena sosial dan merupakan kenyataan bagi masyarakat yang merupakan gejala sosial yang hadir dalam kehidupan sosial. Munculnya sebuah konflik sebagai akibat adanya perbedaan dan keberagaman mayarakat.

Dari pernyataan yang sudah dijelaskan maka dapat kita kaitkan kembali dengan problematika kasus Baim Wong dan sempat viral belakangan ini. Sosiologi memandang kasus ini juga sebagai konflik sosial. Yang mana terdapat perbedaan kelas sosial dan ekonomi antara Baim Wong dengan sang kakek. Sehingga hal ini menimbulkan pertentangan. 

Perkara ini bahkan juga menuai respon dari kalangan selebritis yang melontarkan rasa kekecewaan bahkan kritikan pedas terhadap sikap Baim Wong yang memarahi Kakek Suhud di depan umum hingga dibuat konten.  Hal ini memancing perdebatan antar individu dan kelompok selebritis dan bahkan warganet.

Akan tetapi, di sisi lain konflik sosial ini juga dapat mempererat ikatan individu atau kelompok, menciptakan kohesi, dan menghubungkan komunikasi. Seperti tindakan salah satu selebriti bernama Nikita Mirzani, dilansir dari kanal YouTube Langit Entertainment Nikita mengundang Kakek Suhud untuk menemuinya dan mengklarifikasi tentang video Baim Wong yang viral. Selain Nikita tak sedikit komunitas yang menggalang dana untuk Kakek Suhud. Seperti contoh salah satu akun instagram @gerakmenebarkebaikan yang berupaya bersama anggotanya membuka donasi untuk Kakek Suhud.

Dari kasus yang dialami Baim wong ini dapat kita ambil sisi positifnya yakni sebagai manusia hendaklah kita bersyukur atas nikmat yang diberikan tuhan, berlapang dada, dan mengedepankan prasangka positif  sebelum pikiran negatif. Belajar dari kasus ini memang tidak dapat membenarkan tindakan keduanya akan tetapi lebih baik dapat kita kontrol emosi dan mengedepankan attitude terhadap orang lain dalam berinteraksi. 

Sebagai manusia tidaklah benar jika kita menghardik sesamanya. Oleh sebab itu, sangat penting untuk menjunjung nilai dan norma sosial agar terciptanya keutuhan dan terjalinnya interaksi yang baik dalam masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun