Mohon tunggu...
Imroatu Dzakiyah Fakhriyatu
Imroatu Dzakiyah Fakhriyatu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa suka nulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Waspada Demam Berdarah Dengue di Lingkungan Sekitar

22 Agustus 2024   14:00 Diperbarui: 22 Agustus 2024   14:02 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DBD atau demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. DBD tidak menular secara kontak langsung. Demam berdarah dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia. Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan Indonesia, hingga Juni 2024, kasus DBD tercatat mencapai 88.593 dan angka kematian yang diakibatkan oleh DBD mencapai 621 kasus. Gejala DBD sendiri cukup spesifik, namun masih dapat berbeda tergantung kondisi fisik seseorang. Gejala DBD dapat menjadi lebih parah ketika seseorang terinfeksi virus untuk kedua kalinya.

Gejala-gejala demam berdarah dengue cukup beragam, diantaranya demam mendadak tinggi hingga 39 derajat celcius. Demam biasanya berlangsung selama 2-7 hari, gejala lain meliputi nyeri otot, sakit kepala, ruam kulit kemerahan, dan lemas. DBD memiliki fase kritis yang dapat menyebabkan sindrom syok dengue. Kondisi ini disebabkan oleh penurunan aliran darah ke jaringan tubuh, sehingga dapat mengakibatkan kekurangan oksigen. Fase kritis DBD bisa terjadi pada hari ke 3-7 sejak demam dan berlangsung selama 24-48 jam. Pada fase ini, suhu tubuh menurun dan sering dikira sebagai tanda kesembuhan, padahal fase kritis adalah masa komplikasi yang dapat mengancam nyawa.

Masyarakat perlu melakukan tindakan preventif untuk mencegah terjadinya demam berdarah dengue, paling tidak di lingkungannya sendiri. Pencegahan demam berdarah dengue dapat dilakukan dengan menguras tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi tempat perkembang biakan nyamuk, fogging, dan vaksinasi pada anak-anak usia 9-16 tahun. Hal ini dilakukan untuk mengurangi populasi nyamuk Aedes aegypti. Selain itu, menggunakan lotion anti nyamuk ketika keluar ke tempat yang rawan nyamuk dapat mengurangi risiko tergigit nyamuk ataupun serangga yang lain, sehingga dapat mencegah terjadinya penularan virus dengue ke manusia melalui gigitan nyamuk. 

Referensi:

Kemenkes. Diakses 2024. Demam Berdarah Dengue.

Halodoc. Diakses 2024. Kenali Lebih Dalam Fase Kritis Demam Berdarah.

Hermina Hospitals. Diakses 2024. Bahaya Dengue Shock Syndrome (DSS).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun