Mohon tunggu...
Kang Marwan
Kang Marwan Mohon Tunggu... -

Ingin berguna bagi orang disekeliling kita.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pernahkan Anda Diundang Makan Siang Gratis?

13 Desember 2015   11:31 Diperbarui: 13 Desember 2015   12:53 2307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="datariau.com"][/caption]

Kalau anda hidup dan menjadi anggota masyarakat di negara Kesatuan Republik Indonesia mulai dari Kota Sabang hingga di Kabupaten Boven Digul Papua dan dari Miangas hingga Rote Ndao NTT hampir pasti pernah diundang makan siang gratis baik undangan dari sanak saudara, kolega, kawan kantor, langganan bisnis dan lebih-lebih tetangga dekat  mungkin tidak terhitung kita pernah menghadiri undangan makan siang gratis ini. Pada kehidupan masyarakat petani sudah biasa mengundang makan gratis ini sebagai ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena panennya telah berhasil melimpah, atau menjelang memasuki bulan Ramadhan ada saja undangan makan gratis ini sambil nantinya baca doa bersama, dan benar-benar gratis tidak dipungut biaya sepeserpun.

Di kalangan PNS dan TNI/Polri juga sering kita mendapat undangan makan siang ini sebagai ucapan keberhasilan, biasanya pada kenaikan pangkat atau menduduki jabatan di instansinya. Kalau anda mengaku orang Indonesia yang menjadi warga negara Indonesia, lahir dan besar di Indonesia mengatakan makan siang gratis itu tidak ada dan menyamakan dengan umpan jebakan tikus ini sungguh keterlaluan naudzubillahi min dzalik, perlu dipertanyakan kehidupan sosialnya dan pandangan hidupnya orang-orang seperti itu. Mungkin orang seperti ini selama hidupnya sama sekali tidak pernah diundang tetangganya atau siapapun untuk makan bersama-sama karena tidak pernah bersosialisasi dengan sesama.

Kalau anda hidup di Amerika Serikat mungkin ada yang seperti itu sebab orang sana menciptakan peribahasa “no free lunch” yang artinya tidak ada makan siang gratis, semua dinilai dengan uang dan harus ada timbal baliknya dengan biaya yang kita keluarkan untuk masakan yang telah kita hidangkan tersebut. Tapi ini Indonesia bukan Amerika, jadi makan siang gratis itu bukan saja ada tetapi sering. Lebih-lebih kalau anda hidup di desa begitu seringnya undangan makan siang gratis ini. Jangankan makan siang gratis, makan malam gratispun sama banyaknya minimal sebulan sekali dan tak satu kalipun mereka yang mengundang itu mempunyai pamrih sesuatu kecuali hanya kita diminta berdoa bersama-sama tuan rumah agar kita berhasil ke depannya.

Urusan maksigra (makan siang gratis) ini menyikapi adanya penolakan undangan maksigra dari Jokowi lewat admin Kompasiana terhadap Kompasianer senior non aktif seorang emak-emak asal Surabaya yang telah menulis di wall FBnya yang dengan bangganya dia menolak undangan makan siang yang telah disampaikan yang menurutnya makan siang gratis itu tidak ada dan menyamakan maksigra denga umpan tikus.

Pertanyaannya, menolak sih menolak tinggal bilang saja ke admin kalau menolak undangan kenapa harus menulis di sosial media wall FB sambil membuang umpatan kepada yang mengundang kalau dia tidak mau dijadikan tikus karena maksigra ibarat umpan jebakan tikus. Itu ibarat seseorang mengundang makan kita lantas kita menolak undangannya sambil kita lari-lari keluar rumah teriak-teriak memberitahu setiap orang kalau kita telah berhasil menolak undangan makan siang sambil menyamakan makan siang gratis sama dengan umpan tikus.

Kalau ditelusuri Kompasianer senior yang sudah tidak aktif menulis ini sudah lama membenci Jokowi sejak Pilgub DKI lalu. Setelah tidak aktif menulis di Kompasiana, rupanya sekarang aktif menyerang Jokowi bersama-sama golongannya yaitu golongan Salawi (semua salah Jokowi) lewat akun Fesbuknya. Bukan hanya Jokowi yang mendapat serangan lewat Fesbuk, Walikota Surabaya Ibu Tri Rismaharinipun tak luput dari serangan makian dan umpatan.

Silakan mengunjungi fesbuknya, kita miris membaca di wallnya yang sarat makian dan fitnahan (kalau belum dihapus tentunya) seolah melengkapi predator sosial media yang sudah eksis dan yang ini berperan sebagai Jonruwati. Orang sebaik Ibu Risma masih dicela dan dimaki bayangkan, apakah dia si pencela ini bisa berbuat seperti Ibu Risma seandainya terpilih menjadi Walikota?

Memang orang-orang yang bertindak sebagai antagonis ini sudah ada sejak peradaban manusia itu ada disesuaikan dengan jamannya. Kalau di jaman Nabi orang seperti ini namanya Abu Jahal, dan semakin modern di jaman sosial media ini semakin banyak pula rombongan pembenci dan penebar fitnah ini.

Jadi pesan saya kepada anda, apabila anda diundang makan siang gratis dari siapapun bila anda menolak, tolaklah secara baik-baik dengan bahasa yang halus tidak menyebar penolakan di sosial media yang dibaca ribuan orang apalagi sambil memaki yang mengundang. Anda diundang makan siang pastinya orang yang mengundang itu menghargai anda, jadi hargai juga orang yang mengundang itu meskipun anda menolak datang, ucapkan juga dengan cara-cara yang menghargai sebagai budaya orang Indonesia.

[caption caption="komindad.blogspot.com"]

[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun