Mohon tunggu...
Imran Rusli
Imran Rusli Mohon Tunggu... profesional -

Penulis dan jurnalis sejak 1986

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kenali Museum Prasasti

7 Januari 2016   15:27 Diperbarui: 7 Januari 2016   15:54 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menurut catatan yang tertulis dalam blog seseorang yang menyebut diri Jengjeng Matriphe berbagai informasi yang ada pada batu nisan dan prasasti bisa diketahui komposisi penduduk Batavia saat itu, juga bangsa-bangsa yang hidup di situ. Bangunan makam dan berbagai ornamen yang melekat padanya menunjukkan pola arsitektur klasik, neo-gothic, dan Hindu-Jawa.

Logo heraldik yang dipasang di nisan menunjukkan garis keturunan keluarga. Ada Cornelis Breekpot (militer), Jonatan Michielsz (saudagar Portugis, mardjiker), Cornelis Lindius (agamawan gereja), Juffrow Sara Pedel (saudagar), Catharina van Doorn (anggota Dewan Hindia-Belanda), dan Jacques de Bollan (anggota Dewan Kota Batavia).

Logo heraldik adalah semacam lambang status sosial, yang diberikan kepada suatu keluarga karena memiliki jasa-jasa tertentu. Logo ini biasanya dipasang di foto mendiang. Setiap logo menggambarkan informasi yang disimbolkan dalam gambat-gambar, umumnya simbol-simbol itu berisi falsafah hidup, semboyan, dan ajaran kebaikan. Selain itu ditemukan pula simbol Alfa-Omega dalam bahasa Latin yang lazim ditemukan dalam Agama Katolik. Sejumlah makam memiliki tanda organisasi rahasia Freemason.

Tanda tersebut seperti ular yang melingkar dan menggigit ekornya sendiri, serta tengkorak dan tulang yang berbentuk tanda silang. Sebuah nisan tanpa satu pun keterangan terdapat di sudut makam, diduga itu makam tokoh sentral Freemason. Legenda tentang Freemason sama kuatnya dengan Legenda Ksatria Templar dan selalu menarik rasa ingin tahu orang sejak dulu.

Di Taman Prasasti bisa pula kita jumpai bangunan makam dengan tengkorak tertusuk pedang di atasnya. Itulah makam Pieter Erbelrveld, seorang campuran Jerman dan Thailand yang membenci Belanda. Pihak Belanda sendiri menyebutnya pengkhianat. Bagi Belanda Pieter seperti nyamuk yang suka menyerang, dan dia dibantu tokoh yang tak kalah sengitnya melwan Belanda yakni Raden Kertadriya.

Saat berhasil menangkapnya, Belanda menerapkan hukuman tarik kuda. Keempat anggota badan Erberveld diikat tali lalu ditarik ke empat penjuru angin oleh empat ekor kuda. Tubuh Erberveld pun terceraiberai dan berserakan di jalan. Kepala Eberveld kemudian ditusuk dengan pedang lalu dijadikan monumen peringatan agar jangan ada lagi yang coba-coba melawan Belanda, persis gaya penguasa Romawi saat menghukum mati Spartacus dan para pengikutnya dengan menyalib kan tubuh mereka di sepanjang jalan raya, sampai kering dan menjadi tulang-belulang karena dagingnya habis disantap burung bangkai.

Sebuah plakat sepanjang 8 meter ditambahkan, isinya melarang warga mendirikan bangunan atau menanam tumbuhan di sekitar monumen.Monumen ini kemudian dipindahkan ke Taman Prasasti dan dibiarkan begitu saja sampai sekarang tanpa penjelasan bahwa Erberverd adalah sekutu bangsa Indonesia dalam melawan penjajahan Belanda. Dia boleh jadi musuh atau pengkhianat bagi Belanda, tapi jelas dia pahlawan bagi bangsa Indonesia!

Di Taman Prasasti ada pula makam H.F. Roll (1867 – 1905), tokoh pendiri STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen), sekolah tinggi kedokteran untuk kaum pribumi. Nisannya mudah dikenali karena berbentuk buku terbuka. Roll adalah seorang dokter Belanda berpikiran maju. Dia meyakinkan pendidikan kedokteran pribumi harus sama dengan pendidikan dokter di Belanda. Roll sempat menjadi Direktur STOVIA dan melindungi dr. Soetomo tokoh pergerakan Budi Utomo dari agitasi Belanda.
Dekat nisan H.F. Roll, ada bangunan yang kini jadi gudang. Di bangunan itu dulunya ditemukan mumi keluarga keluarga A.J.W. Van Delben. Konon mumi itu dibawa pulang ke Belanda oleh kerabatnya. Di belakang gudang ini sekitar 10 meter dan diletakkan di posisi yang lebih tinggi, terdapat makam Olivia Mariamne Raffles (meninggal 1814), istri pertama Thomas Stamford Raffless, Gubernur Inggris di Hindia Belanda dan Singapore. Olivia yang sangat mencintai tanaman merupakan penggagas pembangunan Kebun Raya Bogor. Saat Olivia meninggal pada usia 43 tahun, Raffless membuatkan sebuah monumen di Kebun Raya Bogor untuk mengenangnya.

Di sini juga ada nisan Dr. J.L. Andries Brandes (1867 – 1935), seorang arkeolog yang menguasai sastra Jawa kuno. Batu nisannya unik, mirip lingga--(alat kelamin pria-- dengan ukiran antefix seperti yang terdapat pada hiasan beberapa candi di Yogjakarta. Lalu ada makam Dr Willem Frederik Stutterheim (1892 – 1942) ahli sejarah kepurbakalaan Hindiu Jawa. Banyak sekali karya analisisnya mulai dari Kitab Pararaton, naskah raja-raja Tumapel sampai catatan-catatn sejarah Kerajaan Majapahit.

Selanjutnya nisan Adami Caroli Claessens, seorang pastur Katholik yang datang ke Hindia Belanda tahun 1847. Salah satu jasa Claessens adalah membangun kembali Gereja Katedral yang roboh pada tahun 1890. Di sini juga dimakamkan J.H.R. Kohler, panglima tinggi militer Batavia yang tewas 1879, saat melakukan ekspedisi di Aceh. Kohler tewas karena menyerang masjid, masyarakat Aceh yang sangat agamis marah dan menyerang pasukannya. Kohler tewas kena tembakan di dada. Mayor Jenderal A.V. Michiels (1797 – 1849) juga dimakamkan di sini, orang ini dikenal karena terlibat Perang Klungkung di Bali.

Seorang pejabat Belanda yang berjasa memajukan pertanian di Pasuruan, Dirk Anthonius, juga dimakamkan di sini dengan nisan berukir hasil pertanian dan alat- alat pertanian. Makm unik lainnya adalah makam yang berbentuk wanita tertelungkup sambil menangis. Menurut penjaga museum makam itu disebut ‘si cantik menangis’, konon mendiang meninggal karena tak henti-hentinya menangisi suaminya yang teras bunuh diri gara-gara tak tahan dengan penyakit malaria yang dideritanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun