Mohon tunggu...
Imran Rusli
Imran Rusli Mohon Tunggu... profesional -

Penulis dan jurnalis sejak 1986

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Wisata Sumbar, Indah Saja Tidak Cukup (2)

25 Agustus 2015   13:54 Diperbarui: 25 Agustus 2015   13:54 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aktivitas pariwisata Sumbar (Sumatera Barat) telah memberikan dampak signifikan bagi perekonomian masyarakat, tak kurang dari Rp 7,2 triliun dana segar beredar di provinsi ini selama periode tahun 2014...

Gambaran optimis serupa bisa dilihat dari kontribusi sektor pajak hotel dan restoran terhadap PAD 19 kabupaten kota di Sumatera Barat, Tahun 2012 jumlahnya Rp.56.762.304.897 dan tahun 2013 naik menjadi Rp.69.117.169.321. Tahun 2015 diprediksi akan lebih tinggi lagi, karena jumlah hotel dan rumah makan, serta wisatawan yang datang, juga terus meningkat.

Dari tingginya minat investor untuk menanamkan uangnya di sektor kepariwisataan, misalnya, di bidang perhotelan, terlihat pertumbuhan yang sangat dinamis. Tahun 2012 jumlah hotel di Sumatera Barat tercatat 293 unit, dengan jumlah kamar 6.318. Tahun 2013 jumlahnya menjadi 312 dan 7.236. Kini di tahun 2014 yang masih berjalan (Oktober) jumlahnya sudah 339 dan 7.799. Sampai akhir tahun 2014 diperkirakan jumlahnya masih akan terus naik, karena saat ini masih ada hotel yang sedang dalam tahap pembangunan.

Semua ini mencerminkan sektor pariwisata merupakan sektor andalan yang sangat signifikan kontribusinya bagi pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat.

Potensi dan Gangguan

Industri pariwisata di mana-mana selalu terkait dengan semua yang baik, misalnya keindahan, keramahan, kemudahan, keunikan, kesopanan, kesantunan, eksotisme dan semacam itu.

Bahkan walau obyek, event atau atraksi wisata tersebut tergolong ekstrim dan mengerikan, seperti Catacomb of Paris yang berisi 6 juta tulang dan tengkorak manusia; atau ladang pembantaian Choeung Ek di Phnom Penh, Kamboja yang berisi ratusan ribu tengkorak manusia korban keganasan rezim Pol Pot; atau kamp Auswitch Birkenau yang menyisakan jejak-jejak kebiadaban Hitler, pimpinan Nazy Jerman, semua ditata rapi dan dilengkapi permainan tata cahaya lampu agar terlihat indah dan menarik dipandang mata.

Dari situ pula kita paham mengapa Lubang Mbah Soero yang sebetulnya sangat mengerikan dan penuh nuansa mistik bisa disulap menjadi salah satu daya tarik wisata Sawahluto. Keindahan, itulah intinya.

Pariwisata yang ditampilkan dengan ‘wajah’ yang berbeda atau bertolak belakang dengan semua kebaikan dan keindahan tadi diyakini tak akan mendapat tempat, kecuali di kalangan penyuka segala keburukan dan mereka yang tak serius menjadi bagian dari industri pariwisata.

Negara-negara yang telah menjadikan pariwisata sebagai sektor penting bagi perekonomian umumnya memiliki konsep pariwisata yang jelas. Indonesia misalnya, memiliki Sapta Pesona atau 7 panduan perilaku yang harus meresap ke aliran darah setiap warga negara Indonesia jika ingin mendapatkan multi manfaat dari aktivitas pariwisata.

Sayangnya sejak dicanangkan tahun 2001, sampai saat ini Sapta Pesona belum begitu meresap dalam kesadaran banyak orang, kecuali di Bali, Yogyakarta dan sebagian Jakarta. Beberapa destinasi wisata utama lainnya di Indonesia masih terganjal oleh perilaku-perilaku buruk yang tak berdampak konstruktif bagi pertumbuhan dan perkembangan pariwisata nasional. Sumatera Barat misalnya.

Sumatera Barat yang kaya dengan potensi wisata mengalami banyak kerugian karena perilaku yang belum responsif ini, sehingga kekayaan tersebut tetap tinggal sebagai potensi, karena pengembangannya agar bermanfaat secara ekonomi bagi pemerintah dan masyarakat terganjal perilaku buruk tadi.

Kondisi ini sungguh sangat disayangkan, dibutuhkan—meminjam istilah Jokowi, Presiden RI terpilih--‘revolusi mental’ untuk mengubahnya, karena disinyalir karakter masyarakat yang memang tak terbiasa melayanilah yang menjadi salah satu penyebab utamanya. Tanpa ‘revolusi mental’ melalui pendidikan dan pengayaan pengalaman serta wawasan, sulit diharapkan akan terjadi perubahan signifikan yang benar-benar bisa membuat Sumatera Barat bangkit dan mensejahterakan masyarakatnya dengan potensi yang dimiliki.

Tapi sebelum masuk ke situ, coba kita lihat lagi potensi pariwisata Sumbar selain apa yang dimilikinya tadi. Banyak faktor lain yang membuatnya unggul dibanding daerah wisata lain, coba kita ulas satu per satu.

1. Kaya
Kekayaan potensi wisata Sumatera Barat tak terbantahkan. Terdapat sekitar 300 obyek wisata di provinsi ini dan 200 lagi yang masih dibenahi. Dari sektor wisata alam saja terdapat belasan pantai yang cantik, beberapa di antaranya adalah Pantai Sasak (Kabupaten Pasaman Barat), Pantai Mutiara (Kabupaten Agam), Pantai Arta (Kabupaten Padangpariaman), Pantai Kata, PantaiPuti Gandoriah (Kota Pariaman), Pantai Padang, Pantai Air Manis, PantaiNirwana, Pantai Bungus (Kota Padang), Pantai Batu Kalang, Pantai Carocok, Pantai Pasir Putih (Kabupaten Pesisir Selatan), Pantai Tuapeijat, Pantai Mappadegat, Pantai Katiet, Pantai Simakakang, dan Pantai Simatalu (Kabupaten Kepulauan Mentawai).

Jembatan akar di Bayang, Pesisir Selatan, sangat unik dan eksotis

                  

Air trjun Lembah Anai, di pinggir jalan raya Padang - Bukitinggi, tak perlu jauh-jauh hiking dan tracking naik turun bukit.

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun