Mohon tunggu...
Imran Rusli
Imran Rusli Mohon Tunggu... profesional -

Penulis dan jurnalis sejak 1986

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Tanah Abang, Tak Kunjung Lengang (11)

13 Agustus 2015   20:30 Diperbarui: 13 Agustus 2015   20:30 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Blok F sebenarnya juga moden, tapi tak bertahan lama, ac misalnya hanya berfungsi selama 6 bulan pertama, habis itu mati sampai sekarang...

Eskalator hanya segelintir yang berfungsi, selebihnya mati total mengumpulkan daki debu di anak tangganya, malah ada yang sudah dicopot dari dudukannya dan digeletakkan begitu saja di atas Kali Krukut yang membelah bagian dalam blok ini. Liftnya menakutkan, karena sudah beberapa kali jatuh, meski tak memakan korban jiwa, tetap saja bikin jantungan.

Modernisasi fisik itu ternyata tak mengubah pola interaksi dan transaksi di Pusat Grosir Tanah Abang. Pembeli dan pedagang tetap bisa bertukar cerita, informasi dan tawar-menawar sambil bersenda gurau. Mereka bahkan tidak jarang saling undang ke pernikahan kerabat atau wisuda anak. Kematian apalagi, pembeli dan pedagang saling mengucapkan simpati meski keduanya berada di kota yang berlainan karena kebanyakan pembeli di Pusat Grosir Tanah Abang berasal dari luar Jakarta. SMS, BBM, email, facebook, whatsapp, instagram, zorpia, linkedin dan twitter menjadi sarana yang sudah akrab dengan kedua belah pihak untuk terus menjalin dan menjaga hubungan.

Saking akrabnya kadang-kadang pembeli dan pedagang yang sudah saling kenal lama ini ngobrol sesukanya di selasar di depan toko, sehingga arus lalu-lintas orang dan barang jadi tersendat. Mereka tak peduli pergerakan orang atau porter terhambat karenanya dan bersikap seharusnya orang-orang itulah yang memahami mereka.

Kesan tradisional dan konvensional tersebut bukan hanya terlihat dalam hal itu, ketika bertransaksi pun mereka seperti saudara atau teman lama. Kepercayaan dan kejujuran menjadi tolok ukur semuanya. Yoe Sanusi (50), pedagang di Blok F1 mengatakan dia masuk Tanah Abang dulu hanya dengan modal Rp 15 juta. Itu modal yang tak masuk akal di Tanah Abang, katanya, karena orang biasanya memulai usaha di Tanah Abang dengan modal ratusan juta rupiah.

Yoe bisa eksis sejak 1986 sampai sekarang hanya karena menerapkan filosofi dasar Pusat Grosir Tanah Abang, yakni menjaga kepercayaan dan menjalankan kejujuran. Makanya walau hanya punya modal untuk menyewa kios ukuran 2 X 2 meter, Yoe mendapat kepercayaan untuk menjualkan barang pedagang lain di kiosnya, sampai akhirnya bisa membeli kios sendiri seharga Rp 800 juta dan memiliki konveksi serta merk sendiri.

Soal kepercayaan dan kejujuran ini sangat sensitif di Pusat Grosir Tanah Abang. Ada daftar panjang tentang buyers yang sudah tak layak dipercaya karena cacat integritas, atau sebaliknya orang yang pantas direkomendasikan karena kejujurannya yang beredar luas di kalangan pedagang. Ada pula catatan serupa tentang karyawan yang layak dan tidak layak pakai, porter jujur dan porter penipu, ekspedisi culas dan ekspedisi bermutu, dan seterusnya. Istilahnya jangan macam-macam karena antena dan radar terus tegak berdiri dan mengawasi, sementara CCTV merekam track record Anda!

Meminjam atau meminjamkan uang ratusan juta sampai miliaran juga bukan hal yang aneh di Pusat Grosir Tanah Abang, begitu pula mengambil atau menyerahkan barang dengan nilai yang sama pada rekanan, tak peduli orangnya di mana barang dagangan senilai sampai ratusan juta dan miliaran akan dikirim tanpa keraguan, kalau kredibilitas orang tersebut sudah teruji. Sebaliknya, sekali kepercayaan rusak , sekali pinjaman disalahgunakan, sekali giro dimainkan orang yang melanggar code of conduct itu pun dicoret dari daftar, dia takkan dapat tempat lagi di manapun di Pusat Grosir Tanah Abang. Begitu sebaliknya, orang yang dipercaya akan mendapatkan kejayaan dengan mudah di Tanah Abang.

[caption caption="Suasana Pusat Grosir Tanah Abang saat lebaran, padat berdesakan"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun