Mohon tunggu...
Imran Rusli
Imran Rusli Mohon Tunggu... profesional -

Penulis dan jurnalis sejak 1986

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Datuak

7 November 2012   11:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:49 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sehari, dua hari, seminggu, tak pernah ada kabar lagi dari Pendi. Burhan mulai resah, Mirna apalagi.
"Sebaiknya Uda pulang dan cek, Hp-nya tak merespon, begitu pula HP yang lain-lain. Saya sudah telepon Uni Debob, katanya sejak pulang dengan kita ke Pekanbaru dulu Pendi tak pernah lagi terlihat di kampung, begitu pula orang-orang yang dulu ikut dia ke rumah kita," kata Mirna panik.
"Jangan-jangan dia menipu kita," ujar Burhan lirih.

***
Ternyata benar, Pendi dan kawan-kawannya sudah minggat dari kampung. Menggondol uang Burhan Rp500 juta. Ketika partai yang dia sebut menelpon mereka mengaku kenal Pendi tapi tak pernah membicarakan soal caleg dan imbalan Rp500 juta. "Apa Uda benar-benar punya uang sebanyak itu? Mendaftar sekarang saja, partai kami siap menampung," ujar pengurus partai itu bernafsu. Burhan pun lesu. Dia melaporkan Pendi ke polisi. Di situ diketahui rekening yang menerima uangnya ternyata rekening yang dibuat dengan KTP palsu. Nama dan alamat yang tertera di KTP itu tidak ditemukan. Yang lebih buruk, rekening itu sudah ditutup. Burhan makin lesu. Dia menelpon ke rumah.

"Apa awak bilang, Uda percaya juga sama si Pendi tu. Kini apalagi? Rp500 juta sudah melayang, Uda tu benar-benar payah, tak mau mendengarkan kata istri. Sekarang apa gala Uda? Datuak Caleg nan Celek?" Suara Mirna menggelegar di kupingnya.

Padang, 9 September 2008

Dimuat Padang Ekspres

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun