Bosen ya, masalah seperti ini masih dibahas?
Ada yang menggelitik saya dari permasalahan perbedaan 1 Syawal ini, yang pertama adalah haruskah Ummat ini bersatu dalam awwal Ramadhan, Â Syawwal dan Dzulhijjah? yang kedua kalau ternyata kepengin bareng, apa yang harus disamakan? (apakah metodenya atau dalilnya?) yang ketiga apa manfaat dari kebersamaan ini? yang keempat apakah kita juga bisa menyamakan pemahaman ini kepada pemeluk Islam di negara lain mengingat kita negara muslim terbesar!
Namun dari beberapa postingan baik di forum ini dan forum lain masih saja terjadi saling menyalahkan dan mengunggulkan pendapatnya masing masing. Tanpa banyak mengemukakan dalil dan referensi astronomis saya berusaha mengusulkan satu solusi yang barangkali sudah sering dilakukan, namun sekali lagi semua pihak agar menahan egonya untuk meyakini pendapatnya paling benar dengan sekali lagi mungkin untuk yang terakhir kali mengupayakan satu perjuangan untuk menyatukan Ummat karena inilah kunci dari Syiar Islam selain dari Kebenaran kandungan Islam itu sendiri.
Langkah solusinya adalah, yang pertama mesti dilakukan adalah menyamakan NIAT untuk berpuasa, berlebaran dan berhajji karena Allah, dan kebersamaan merupakan inti dari syiar dan kepatuhan atas ajaran Allah melalui Muhammad. Yang kedua adalah melaksanakan SYARIAT secara baik yakni memahami nash atau dalil yang mendasari penentuan awwal bulan dengan baik sehingga tidak menyelisihi nash/dalil yang lain dengan mengumpulkan semua dalil dan dikomparasi dengan sejarah yang ada dan pelaksanaan di negara lain. Yang ketiga adalah IKHLASH bahwa ijtihad yang dilakukan pemerintah bersama para ahli dibidangnya merupakan pengejawantahan dari iktikad beribadah semata karena Allah, mematuhi perintah yang disampaikan RasulNya dan mengutamakan wasiat Rasulullah yakni UMMATI!
Sudah tugas astronom menghitung visibilitas posisi bulan, matahari, bintang, meteor dan lainnya, sudah tugas para ahli agama menyampaikan dalil kapan berpuasa, ber-ied dan berhajji, sudah tugas pemerintah mengakomodir pelaksanaan ibadah dari masing masing pemeluknya dari agama yang sah diakui pemerintah, dan sudah tugas Ummat pula mematuhi pemimpin pemimpin mereka (ormas/ pemerintah) (serahkan pada ahlinya).
Maka pendekatan yang paling mudah adalah para ahli astronomi, para ahli agama, pemerintah, pimpinan ormas membicarakan kemungkinan kesatuan pendapat mengenai awwal dan akhir bulan, sehingga para Ummat sami'na wa atho'na, jika masih ada perbedaan dan tidak adanya pengakuan terhadap peran ulil amri, maka demi kebaikan Ummat bisa dilakukan rukyah global atau menyamakan, mengikuti lebaran di Mekkah (musyawarah untuk mufakat).
Semua demi ummat tanpa memaksakan ego kelompok, pemerintah yang menguatkan sebagai tanggung jawab pemimpin masyarakat, sehingga bisa melindungi keputusan tersebut! (ikhlash).
Untuk peran terhadap Ummat Islam global, maka usulan hasil perhitungan ini bisa kita sampaikan ke dunia Islam untuk diterima sebagai usulan penyatuan Ummat, atau bahkan kita ngikut saja pada keputusan Arab Saudi biar gak repot!
Selama ini negara lain tidak perlu membuang energi dan membuat polemik dengan melakukan hisab dan rukyat, mereka mencukupkan dengan mengikuti keputusan Arab Saudi dan masyarakatnya enjoy aja meski visibilitas di sana gak memenuhi syarat, gak ada yang protes keras dan menghujat pengambil keputusannya!
Insya Allah kita bisa berlebaran bareng tanpa harus menunggu hasil sidang istbath tanpa risih kita ketahuan dari ormas yang mana dan bisa ada kepastian penanggalan! Sekali lagi ingat,.....peace,....UMMATI.....UMMATI.....UMMATI!
Semoga Hidayah Allah terlimpah pada kita semua, Allah menerima ibadah kita semua, Al Haqqu min robbika, Ya Allah tunjukilah yang benar nyata benarnya dan yang salah nyata salahnya sehingga kami tidak mengulangi kesalahan tersebut!
Lereng Merapi, Syawwal 1432H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H