Perkembangan sosial emosional merupakan aspek penting dalam pertumbuhan individu, terutama bagi anak-anak. Faktor lingkungan, yang mencakup keluarga, teman, sekolah, dan masyarakat, memainkan peran krusial dalam menerapkan pembelajaran sosial dan emosional. Berbagai ahli telah mengemukakan pandangan mereka mengenai bagaimana lingkungan membentuk perkembangan sosial emosional individu.Perkembangan sosial emosional anak merupakan aspek penting dalam tumbuh kembangnya, yang mencakup kemampuan untuk memahami dan mengelola emosi, membangun hubungan dengan orang lain, serta melakukan interaksi sosial yang positif. Lingkungan, baik fisik maupun sosial, memiliki peran yang sangat signifikan dalam mempengaruhi perkembangan ini. Artikel ini akan membahas pengaruh lingkungan terhadap perkembangan sosial emosional anak dengan penekanan pada faktor-faktor yang berdampak besar.
1. Lingkungan Keluarga
   Lingkungan keluarga adalah pondasi pertama bagi perkembangan sosial emosional anak. Interaksi antara orang tua dan anak-inilah yang membentuk pola sikap dan perilaku anak di masa mendatang. Ketika anak mendapatkan perhatian, kasih sayang, dan dukungan dari orang tua, mereka lebih cenderung merasa aman dan percaya diri. Penelitian menunjukkan bahwa anak yang dibesarkan dalam keluarga yang hangat dan suportif cenderung memiliki kemampuan sosial yang lebih baik, serta kemampuan untuk mengontrol emosi mereka.Sebaliknya, lingkungan keluarga yang penuh konflik atau kekerasan dapat menghambat perkembangan sosial emosional. Anak-anak yang mengalami atau menyaksikan kekerasan dalam keluarga sering kali mengalami kesulitan dalam berinteraksi secara positif dengan orang lain. Mereka mungkin mengembangkan sikap defensif atau bahkan agresif dalam menghadapi situasi sosial, yang berdampak negatif pada hubungan mereka di luar rumah.
John Bowlby, yang terkenal dengan teorinya mengenai keterikatan, menjelaskan bahwa hubungan awal antara anak dan caregiver sangat mendasar bagi perkembangan emosional. Bowlby mengemukakan bahwa anak-anak yang mendapatkan kasih sayang yang konsisten dari orang tua mereka memiliki rasa aman yang lebih tinggi, sehingga mampu menjalin hubungan emosional yang sehat di masa mendatang.Lingkungan sosial yang positif, di mana anak merasa dicintai dan dijaga, dapat meningkatkan kepercayaan diri dan kestabilan emosional. Sebaliknya, anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh stres atau pengabaian bisa mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan sosial yang sehat.
2. Lingkungan Sekolah dan teman sebaya
Setelah keluarga, sekolah menjadi lingkungan kedua yang sangat mempengaruhi perkembangan sosial emosional anak. Di sekolah, anak-anak belajar berinteraksi dengan teman sebaya dan guru. Interaksi ini penting untuk membangun keterampilan sosial, seperti empati, kerja sama, dan kemampuan berkomunikasi.Sekolah yang menerapkan pendekatan pendidikan yang inklusif dan mendukung pengembangan sosial emosional dapat memberikan dampak positif. Misalnya, program-program yang dirancang untuk mengajarkan keterampilan sosial dan manajemen emosi dapat membantu anak-anak dalam memahami dan mengelola perasaan mereka. Hal ini, pada gilirannya, berkontribusi pada suasana belajar yang lebih baik dan meningkatkan kinerja akademis.Di sisi lain, lingkungan sekolah yang toksik, seperti adanya bullying, dapat mengakibatkan dampak negatif pada perkembangan sosial emosional. Anak- anak yang menjadi korban bullying sering kali mengalami penurunan kepercayaan diri kecemasan, dan depresi. Oleh karena itu, penting bagi sekolah untuk menciptakan budaya positif yang mendukung setiap individu.
 Menurut penelitian oleh Daniel Goleman, penulis buku tentang kecerdasan emosional, pengalaman anak di sekolah dapat memperkuat atau merusak perkembangan emosional mereka. Lingkungan sekolah yang inklusif dan pendukung dapat membantu anak belajar mengatur emosi, berinteraksi dengan teman sebaya, dan mengembangkan empati.Selain itu, hubungan yang dijalin dengan teman sebaya di sekolah berperan penting dalam perkembangan keterampilan sosial. Teman sebaya sering kali menjadi sumber dukungan emosional dan pembelajaran sosial yang efektif. Anak yang mampu menjalin hubungan positif dengan teman-temannya cenderung lebih mampu mengatasi tekanan sosial dan memiliki kesejahteraan emosional yang lebih tinggi
3.Budaya dan Nilai Sosial
Lingkungan sosial juga mencakup norma dan nilai yang dianut oleh masyarakat. Teori sociocultural yang diajukan oleh Vygotsky menunjukkan bahwa interaksi sosial, praktik budaya, dan keterampilan emosional dipelajari melalui proses sosial. Misalnya, di lingkungan yang menghargai kolaborasi dan saling membantu, anak diharapkan untuk mengembangkan empati dan kemampuan untuk bekerja dalam kelompok.Budaya juga mempengaruhi cara individu mengungkapkan dan mengelola emosi. Dalam beberapa budaya, ekspresi emosi dianggap penting dan diperbolehkan, sementara dalam budaya lain, pengendalian emosi lebih ditekankan. Hal ini dapat mempengaruhi cara anak-anak belajar mengekspresikan perasaan mereka dan berinteraksi dengan orang lain. Menurut Cole & Tan (2007) Mereka menekankan bahwa budaya mempengaruhi ekspresi dan regulasi emosi. Anak-anak yang dibesarkan di budaya kolektivis (seperti di Asia) diajarkan untuk menekan emosi negatif dan menekankan harmoni sosial. Sementara itu, budaya individualis (seperti di Barat) lebih mendorong ekspresi emosi dan kemandirian.
4. Implikasi untuk Pendidikan dan Keluarga
Berdasarkan pemahaman tentang bagaimana lingkungan mempengaruhi perkembangan sosial emosional, terdapat beberapa implikasi penting bagi pendidikan dan keluarga. Pertama, penting bagi orang tua untuk menciptakan lingkungan keluarga yang mendukung dan penuh kasih. Orang tua perlu memberikan bimbingan dalam pengelolaan emosi dan membantu anak-anak memahami perasaan mereka sendiri serta perasaan orang lain.Di pihak sekolah, pendidik diharapkan untuk menerapkan pendekatan pembelajaran yang mempertimbangkan aspek sosial emosional. Program- program yang dirancang untuk mengembangkan keterampilan sosial, seperti program pembelajaran sosial dan emosional (SEL), dapat meningkatkan kemampuan anak untuk menjalin hubungan yang sehat dan produktif.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, lingkungan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan sosial emosional individu. Teori-teori dari para ahli menunjukkan bahwa hubungan awal dengan keluarga, interaksi di sekolah, pengaruh teman sebaya, serta konteks budaya memainkan peran penting dalam membentuk kemampuan sosial dan emosional anak. Untuk mendukung perkembangan anak yang holistik, perhatian yang serius perlu diberikan untuk menciptakan lingkungan yang positif, suportif, dan inklusif baik di rumah maupun di sekolah. Hal ini akan membantu anak-anak tumbuh menjadi individu yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga memiliki kecerdasan emosional yang baik, yang pada gilirannya akan berkontribusi terhadap masyarakat yang lebih sehat dan harmonis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H