Tibalah di hari keempat, matahari mulai menyingsing dari ufuk timur. Kita mempersiapkan alat-alat untuk pergi ke titik drop perahu Sungai Pekalen Atas. Perjalanan sekitar 30 menit kita tempuh dari basecamp di dekat rumah Pak Hem.Â
Gunung Lemongan menyapa dengan gagahnya dari kejauhan. Hutan yang masih rimbun dan jalan yang berkelok menemani perjalanan menuju titik drop perahu Sungai Pekalen Atas. Seperti biasa, porter sudah siap dengan motor trailnya untuk mengangkut perahu ke bibir sungai.
Sungai Pekalen Atas memiliki arus yang lebih deras dan penampang yang lebih sempit dihiasi tebing yang tinggi di kanan dan kirinya. Jeram yang terus berulang membuat otak dituntut berpikir cepat untuk memilih jalur mana yang akan dilalui perahu.
Selain tebing yang berada di kanan dan kiri sungai, ada air terjun yang jatuh tepat di tengah sungai serta ratusan kelelawar yang beraktivitas di sekitarnya, fyuhh sebuah kombinasi yang sungguh menakjubkan.Â
Air terjun tersebut menjadi salah satu daya tarik di Sungai Pekalen Atas. Air terjun tujuh bidadari namanya, air terjun yang jatuh tepat di tengah sungai ini menjadi primadona di Sungai Pekalen Atas.Â
Selain air terjun tersebut, ada lagi cerita mengenai Jeram Matador di Sungai Pekalen Atas, ada batu yang sebesar truk kontainer di dekat jeram tersebut, batu yang sebesar kontainer itu bergeser secara alami karena banjir bandang yang terjadi.Â
Jeram yang berulang membuat pengarungan di Sungai Pekalen Atas lebih menguras tenaga. Selama dua hari kita habiskan untuk berulang mengarunginya, cukup melelahkan tapi menyenangkan.
Yah, lima hari sudah kita melakukan pengarungan di Sungai Pekalen, sudah saatnya kami kembali ke sekretariat. Kami bersih-bersih dan mengemas peralatan-peralatan.Â