Mohon tunggu...
IMPALA UB
IMPALA UB Mohon Tunggu... Lainnya - Unit Kegiatan Mahasiswa IMPALA UB

Ikatan Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Brawijaya | Kota Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pemberdayaan Masyarakat dalam Konservasi Terumbu Karang di Pantai Kondang Merak

27 Februari 2023   18:13 Diperbarui: 27 Februari 2023   18:20 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Tim Ortum Sosil AMED 46 IMPALA UB

Pantai Kodang Merak adalah pantai yang berada di Pesisir Selatan, Desa Sumberbening, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang Jawa Timur. Pantai ini kerap menjadi sorotan oleh beberapa wisatawan dari berbagai daerah. 

Daya tarik pantai ini didukung oleh keberadaan ekosistem dan populasi di sekitar pantai Kondang Merak sangat beragam. Hal ini bukan hanya berlaku di lautnya tetapi juga di hutan sekitar pantai Kondang Merak.

Ekosistem yang dapat ditemui, yaitu ekosistem terumbu karang dan ekosistem mangrove. Daya tarik lainnya dapat ditemui populasi dari berbagai hewan laut seperti populasi penyu dan populasi lumba-lumba. Beberapa wisatawan juga sering ke pantai Kondang Merak untuk melihat secara langsung fauna yang hampir punah seperti burung elang jawa, harimau jawa, dan kupu-kupu dengan motif yang hanya dapat ditemukan di sekitar pantai.

Salah satu Fauna yang memiliki peran penting bagi masyarakat pantai Kondang Merak adalah terumbu karang. Terumbu karang bukan hanya dapat membuat daya tarik wisatawan meningkat tetapi juga dapat berfungsi sebagai pemecah ombak sehingga pantai tidak mengalami abrasi. "Sayangnya, terumbu karang yang berada di pantai Kondang Merak termasuk kedalam terumbu karang yang pernah mengalami kerusakan, yaitu pada tahun 2011 sampai pada tahun 2014. 

Hal ini berdampak pada keanekaragaman terumbu karang yang menjadi berkurang. Namun, kerusakan terumbu karang ini sudah dapat ditahan karena adanya konservasi dari masyarakat pantai Kondang Merak" pak Andik, ia adalah konsevator yang berasal dari desa Sumberbening itu sendiri. 

Kerusakan terumbu karang terjadi karena adanya penambangan karang yang akan dialihfungsikan sebagai perhiasan ataupun pembuatan aquarium air laut, pengeboman dan pemakaian racun untuk menangkap ikan juga salah satu alasan rusaknya terumbu karang. Hal ini terjadi karena kesadaran yang kurang mengenai pentingnya menjaga dan melestarikan keanekaragaman yang ada di sekitar. 

Oleh karenanya diperlukan pendekatan yang bertujuan untuk menyadarkan masyarakat betapa pentingya menjaga alam dan lingkungan sekitarnya. Gerakan konservasi terumbu karang adalah langkah yang dapat mencegah kerusakan alam dan sekitarnya.

Konservasi terumbu karang tidak akan berjalan tanpa adanya campur tangan dari masyarakat pantai Kondang Merak itu sendiri. Para konsevator khususnya pak Andik memulai konservasi ini dengan pendekatan-pendekatan kualitatif. Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengurai akar masalah terlebih dahulu. 

Perwujudan dari pendekatan itu ialah membangun rumah baca, hal ini berfungsi untuk memotong generasi selanjutnya agar lebih paham mengenai pelestarian sumber daya alam. Proses pendekatan dengan masyarakat tidaklah instan. 

Namun, hal ini berbuah dilihat dari masyarakat kini sudah sadar mengenai arti penting konservasi. "penjagaan terumbu karang sekarang rutin dilakukan, mungkin tidak serutin awal-awal tapi tiap tahun pasti ada" pak dimen, salah satu nelayan di desa Sumberbening. 

Dokumentasi Tim Ortum Sosil AMED 46 IMPALA UB
Dokumentasi Tim Ortum Sosil AMED 46 IMPALA UB
Konservasi sumber daya alam memiliki dampak tersendiri bagi masyarakat desa Sumberbening. Konservasi yang sudah berjalan selama 12 tahun ini memiliki dampak seperti kampung nelayan yang awalnya memiliki 6 perahu untuk berlayar sekarang memilki 26 perahu. Dampak lainnya ialah masyarakat jadi mengetahui harga jual dari hasil pelayaran mereka sendiri. "Apalagi jika musim ikan, panennya itu ngga kira-kira" kata pak Sunardi. Hal ini tentu saja mempunyai hubungan ke aspek ekonomi mereka, dimana mereka dapat memanfaatkan lahan yang ada untuk membangun kamar mandi berbayar untuk wisatawan. Kesadaran akan mahalnya sumber daya alam membuar mereka sadar harga jual sebenarnya dari yang mereka dapat. Sayangnya, tidak semua masyarakat mau menerima gerakan konservasi ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun