Tiba tiba pipiku memerah.
"Tapi kamu cantik"
Kutatap matanya. Pandangan kami bertemu. Dalam sepersekian detik, bibir kami sudah menyatu. Ismail dan aku kembali bercumbu, seperti tiga tahun yang lalu. Seperti saat kami masih sepasang kekasih.
Ruang tamu tiba tiba mendingin.
-
"Sayang, Ismail sudah dikasih makan malam?"
Aku mengangguk. Memang sudah, Ismail sudah kuberi jatah makan malam. Baik Ismail dalam bentuk anjing maupun Ismail dalam bentuk manusia. Ismail juga sudah kutidurkan, bedanya Ismail anjing kutidurkan di luar dan Ismail manusia kutidurkan di dalam, di dalam kamarku.
"Sayang, lehermu kenapa? Are you okay?" tanya suamiku sembari menyentuhkan jari telunjuknya di leherku.
"Iam okay. Tadi agak masuk angin, kerokan. Kamu sih nggak pulang cepet cepet. Aku kangen"
Kupeluk suamiku. Dari luar terdengar Ismail menyalak, tanda jika Ismail yang lain sedang sibuk melompati pagar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H