Aku hanya mengangguk.
Nanti, pada pukul sebelas malam aku akan menggandeng tangannya. Tentu saja setelah memastikan segala hal tersusun rapi. Kekasihku telah tidur, dan kekasihnya sibuk bekerja. Tentu saja tak akan kusia siakan malam yang kusisakan untuk perempuan ini.
Tentu saja aku tidak lupa mempersiapkan diriku sendiri. Leherku dan aliran darahku, juga banyak tisu yang mungkin juga tidak akan cukup untuk mengusap banyak darah yang nanti berceceran di lantai, di seprai, di jendela, atau di lantai.
Nanti, saat kami bercinta.
Kutatap perempuan ini, matanya teduh. Lalu ia tersenyum, menunjukkan taring tajamnya. Seolah olah bertanya 'Kau pakai parfum aroma apa untuk lehermu malam ini? Aku ingin menggigitnya dengan lembut dan kasar, nanti. Nanti ketika kita tiba di sofa apartemenmu'.
-
Malang
06.44
30 March 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H