Mohon tunggu...
Esti Setyowati
Esti Setyowati Mohon Tunggu... Seniman - Bismillah

Librocubicularist.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kekasih

16 Mei 2019   07:30 Diperbarui: 16 Mei 2019   07:46 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

            "Krisan oranye bukan suatu ide yang buruk, tetapi juga tidak terlalu hangat untuk ukuran orang sepertiku. Lain kali bawakan aku bunga teratai seratus ikat. Aku yakin kamu akan mendapatkanku dengan cepat" katanya, setengah menggodaku. Matanya mengerling ke arah buket krisan yang tergeletak di atas meja. Gadis gila! Aku bisa dikejar kejar petugas dinas pertamanan jika nekat mencari bunga teratai untuknya!.

Kuremas tangkai krisan di tanganku. Melepaskannya perlahan lalu menatap mata coklat di depanku. Pandangan kami bertemu. Dia menantang dengan menggerakkan bibir bawahnya.

            "Jangan menatapku seperti itu jika tak kau belikan satu botol anggur lagi" katanya.

Sekali lagi kuseka titik titik air yang membanjiri dahiku. Sudah berkali kali aku melirik jam di pergelangan tangan. Malam belum meninggi, masih terlalu dini untuk membawa perempuan ini menginap di kasur apartemenku yang wangi.

            "Kalau kau bersedia, aku akan berikan segalanya" kataku sebagai bahan pembuka. Sudah, sebenarnya sudah ada banyak materi yang kuberikan secara cuma cuma. Waktu, tenaga, uang, harta, kekayaan dan juga sekeping hatiku yang telah lama muram. Semua miliknya, tanpa terkecuali

Tak ada sahutan. Gadis ini sibuk mengedip ngedipkan matanya, entah karen apa. Membuat antingnya bergoyang goyang pelan.

            "Bahkan jika aku mampu menenggelamkan hari menjadi lebih dari 24 jam demi bisa bersamamu, aku akan lakukan. Sayangnya aku hanyalah manusia biasa yang tak bisa berbuat banyak, terlebih yang berkaitan dengan waktu" kusambung kalimatku sebelum ada kata kata yang keluar dari mulut gadis ini.

Aku sepenuhnya sadar jika kami berdua disibukkan dengan berbagai aktivitas yang tak bisa disalahkan sepenuhnya. Aku dengan duniaku, dia dengan dunianya sendiri. Masing masing dari kami memiliki porsi yang tak sama. Meski masih sempat bertemu di waktu waktu luang, atau waktu yang direncanakan seperti malam ini.

            "Tetapi kau memiliki kekasih" katanya, tanpa ragu meraih gelas pialaku dan menuangkan anggur ke dalamnya hingga hampir penuh. Dia berkata seperti itu seolah dia sendiri tak memiliki kekasih dan di antara kami tak ada rasa saling memiliki.

Bukan hal mudah untuk memelihara hubungan kami berdua hingga detik ini. Aku dan perempuan ini harus mengatur banyak strategi untuk bertemu, berkencan, dan bercinta. Masing masing dari kami memiliki kekasih yang mungkin saja sudah siap meninggalkan. Tetapi toh cinta itu begitu buta. Apa yang bisa menghalangi jika kami berdua sama sama saling menginginkan setengah mati?.

            "Kencan selanjutnya aku mau makan daging sapi, dengan potongan hati dan ampela. Segera pikirkan baik baik ya kita akan makan di mana. Aku mau yang tidak terlalu matang, saus yang terbaik, juga anggur yang sama dengan malam ini" tiba tiba dia mengubah arah pembicaraan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun